Kantor Perdana Menteri Mark Rutte mengatakan pada Minggu "masih terlalu dini" untuk memungkinkan lebih banyak orang berkumpul di tempat umum.
Pihak berwenang berharap untuk membuka kembali kafe dan restoran luar ruangan minggu depan, tetapi kira-kira enam bulan setelah mereka tutup, tingkat infeksi tetap tinggi dan penerimaan perawatan intensif meningkat.
Kebijakan yang berlaku saat ini di Belanda, negara yang telah mencatat 1,3 juta kasus virus corona dan lebih dari 16.700 kematian, mencakup pemberlakuan jam malam pertama sejak Perang Dunia Kedua dan larangan pertemuan publik lebih dari dua orang.
Rutte akan mengumumkan keputusan terakhir kabinetnya dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.
Hampir 70 persen dari tempat tidur perawatan intensif Belanda ditempati oleh pasien COVID-19 dan rumah sakit menerima lebih banyak pasien, yang mengarah ke peringatan dari para profesional perawatan bahwa gelombang ketiga mungkin belum mencapai puncaknya.
Pada saat yang sama, asosiasi perhotelan dan walikota dari kota-kota terbesar telah meminta pemerintah untuk mengizinkan bisnis dengan tempat duduk di luar ruangan terbuka untuk pelanggan, mengutip sejumlah besar orang yang berkumpul di taman.
Seperti anggota Uni Eropa lainnya, Belanda lebih lambat dalam meluncurkan program vaksinasi COVID-19 daripada negara-negara seperti Amerika Serikat, Israel, dan Inggris.
Institut Kesehatan Nasional Belanda (RIVM) mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya memperkirakan gelombang ketiga pandemi menurun dari puncak akhir April karena tingkat vaksinasi meningkat.
Baca juga: Lawan COVID, Belanda perpanjang jam malam hingga 3 Maret
Baca juga: Belanda wajibkan tes negatif COVID-19 bagi penumpang pesawat
Sumber: Reuters
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021