Hal itu disampaikan dalam Pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional-Kelompok Bank Dunia Tahun 2021 (2021 IMF-WBG Spring Meetings) pada 5-11 April 2021 secara virtual.
“Masih terdapat tantangan ketidakseimbangan pemulihan global. Sejumlah negara diproyeksikan tumbuh positif di 2021 sedangkan negara yang terpukul lebih keras memiliki proyeksi jauh lebih rendah,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Menkeu: Kecepatan vaksinasi pengaruhi pemulihan antarnegara
Menurut Sri Mulyani, faktor-faktor pendorong seperti program vaksinasi, dukungan kebijakan, hingga prospek ekonomi global semakin membaik namun belum mampu meratakan pemulihan di seluruh negara.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani mendorong agar Bank Dunia dan IMF terus berkolaborasi dengan berbagai partner yaitu lembaga internasional dan sektor swasta serta seluruh negara di dunia.
Ia menjelaskan kolaborasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap vaksin, mengelola beban pembiayaan, dan menerapkan strategi pemulihan pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: OECD: Peluncuran vaksin, stimulus AS tingkatkan prospek ekonomi global
Ia mengatakan terwujudnya pemulihan ekonomi global yang menyeluruh dan berkelanjutan akan mampu mendorong penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan.
Sementara untuk Indonesia, Sri Mulyani memastikan pemerintah terus memberikan perhatian dan fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Perhatian tersebut ditunjukkan dalam bentuk investasi yang terkoordinasi pada sistem pemberian layanan publik dalam rangka membangun, melindungi, dan mengoptimalkan sumber daya manusia.
Ia menuturkan keuangan publik berperan dalam investasi pada sumber daya manusia itu yakni meliputi program vaksinasi, peningkatan layanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi, serta perlindungan sosial.
“Prioritas tersebut selain mendukung pemulihan juga memfasilitasi transformasi ekonomi,” ujarnya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021