Awal bulan ini, pemerintah di Canberra bergabung dengan banyak negara yang menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk anak muda karena khawatir hal itu dapat menyebabkan pembekuan darah yang serius.
Hal ini memperlambat vaksinasi nasional, menimbulkan kekhawatiran bahwa para atlet bisa jadi absen sementara negara-negara saingan, seperti Amerika Serikat berlomba dengan vaksin untuk Olimpiade dalam menghadapi gelombang infeksi lain di Jepang.
Baca juga: 100 hari yang menantang menuju Olimpiade Tokyo
Baca juga: Jepang bantah akan prioritaskan vaksin untuk atlet Olimpiade
Menteri Olahraga Australia Richard Colbek mengatakan pemerintah Australia sedang dalam pembicaraan mengenai apakah akan memvaksinasi atlet dan staf sebagai prioritas.
"Pemerintah melakukan kontak langsung dengan AOC (Komite Olimpiade Australia) atas usulannya untuk memprioritaskan vaksinasi semua atlet tim Olimpiade dan staf pendukung," kata Colbek.
Upacara pembukaan Olimpiade dijadwalkan pada 23 Juli, kurang dari 100 hari lagi. Vaksin AstraZeneca membutuhkan waktu 12 minggu antar dosis, sementara Pfizer hanya membutuhkan 21 hari.
Baca juga: IOC: Olimpiade jadi cahaya di ujung pandemi
Baca juga: Atlet Prancis dipastikan dapat suntikan vaksin jelang Olimpiade
Australia telah menjadi salah satu negara paling sukses di dunia dalam menahan penyebaran COVID-19, dengan kurang dari 30.000 kasus dan 1.000 kematian dalam populasi 25 juta, dan hampir tidak ada penularan komunitas yang berkelanjutan.
Namun, vaksinasi mundur dari target awal yang ditentukan pemerintah, dengan hampir satu juta dosis yang diberikan sejauh ini.
AOC sebelumnya menegaskan tidak ingin melompati antrean, tetapi lambatnya vaksinasi telah memperumit masalah dengan banyak atlet yang berharap untuk berangkat ke luar negeri bulan depan untuk menyempurnakan persiapan mereka menuju Olimpiade.
Baca juga: Survei: Mayoritas kelompok khawatir Paralimpiade Tokyo karena pandemi
"(Vaksin) sangat penting... dalam hal menjaga kesehatan dan kesejahteraan atlet, dan juga memberi mereka kepercayaan diri bahwa mereka telah divaksinasi sangat penting untuk kinerja mereka," kata kepala eksekutif AOC Matt Carroll.
Presiden IOC Thomas Bach mengatakan vaksinasi bukanlah persyaratan bagi atlet yang berkompetisi di Olimpiade Tokyo, tetapi pejabat Olimpiade akan mendorong peserta untuk mendapatkan suntikan.
Para atlet berisiko dilarang tampil di Olimpiade jika mereka terjangkit COVID-19.
Australia telah menjadi salah satu negara paling sukses di dunia dalam menahan penyebaran COVID-19, dengan kurang dari 30.000 kasus dan 1.000 kematian dalam populasi 25 juta, dan hampir tidak ada penularan komunitas yang berkelanjutan.
Namun, vaksinasi mundur dari target awal yang ditentukan pemerintah, dengan hampir satu juta dosis yang diberikan sejauh ini.
AOC sebelumnya menegaskan tidak ingin melompati antrean, tetapi lambatnya vaksinasi telah memperumit masalah dengan banyak atlet yang berharap untuk berangkat ke luar negeri bulan depan untuk menyempurnakan persiapan mereka menuju Olimpiade.
Baca juga: Survei: Mayoritas kelompok khawatir Paralimpiade Tokyo karena pandemi
"(Vaksin) sangat penting... dalam hal menjaga kesehatan dan kesejahteraan atlet, dan juga memberi mereka kepercayaan diri bahwa mereka telah divaksinasi sangat penting untuk kinerja mereka," kata kepala eksekutif AOC Matt Carroll.
Presiden IOC Thomas Bach mengatakan vaksinasi bukanlah persyaratan bagi atlet yang berkompetisi di Olimpiade Tokyo, tetapi pejabat Olimpiade akan mendorong peserta untuk mendapatkan suntikan.
Para atlet berisiko dilarang tampil di Olimpiade jika mereka terjangkit COVID-19.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021