Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan bahwa tidak ada niat untuk menghilangkan peran pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari dalam kamus sejarah.
“Kesimpulannya, terjadi keteledoran yang mana naskah yang belum siap kemudian diunggah ke laman Rumah Belajar. Tidak ada niat untuk menghilangkan KH Hasyim Asy’ari sebagai tokoh sejarah dalam buku tersebut,” ujar Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid dalam taklimat media di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Buku Kamus Sejarah Indonesia tak pernah diterbitkan secara resmi
Dia menjelaskan bahwa di dalam buku yang sama juga terdapat peran dari KH Hasyim Asy’ari yang ada dalam bagian pendiri NU. Peran KH Hasyim Asy’ari disebutkan di dalam halaman lain, hanya tidak ada di dalam lema atau entry.
“Jadi, narasi menghilangkan peran KH Hasyim Asy’ari itu tidak benar. Kami mengakui memang ada kesalahan teknis dan kami memohon maaf. Kesalahan itu seharusnya tidak perlu terjadi,” jelas dia.
Hilmar menjelaskan bahwa buku tersebut telah disusun pada 2017 dan risetnya melibatkan banyak pihak. Buku tersebut, sebenarnya belum selesai, namun karena pada waktu itu tahun anggaran habis, maka harus dilaporkan dan yang tidak selesai dibuatkan buku elektroniknya.
Pada 2019, ada program mengumpulkan bahan dari masing-masing direktorat untuk diunggah ke laman Rumah Belajar. Pihaknya sudah menarik kamus sejarah tersebut dan buku sejarah lainnya. Kemendikbud akan meninjau ulang buku-buku sejarah tersebut agar kesalahan tersebut tidak lagi terjadi.
Seorang editor dari kamus sejarah tersebut, Prof Susanto Zuhri mengatakan bahwa KH Hasyim Asy'ari memang tidak ada dalam lema, tetapi ada di halaman yang lain, yakni pada laman pendiri NU.
Baca juga: Kemendikbud sebut desa dapat jadi ujung tombak dan pusat pertumbuhan
Baca juga: NU Ponorogo luncurkan buku "Jejak Sejarah NU"
Baca juga: ANTARA luncurkan buku Indonesia Bergerak 1900-1942
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021