Rusia telah menerima permintaan untuk memasok vaksin virus corona Sputnik V untuk Thailand, saat negara Asia Tenggara itu berupaya mendapatkan lebih banyak vaksin sebelum imunisasi massal.Yang utama adalah kerangka waktu pengiriman, harga tidak menjadi perhatian
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha telah berjanji untuk menemukan 35 juta dosis vaksin COVID-19 dari berbagai perusahaan, selain pesanan yang ada sekitar 65 juta dosis vaksin.
"Presiden Vladimir Putin telah menyatakan dukungannya kepada pemerintah Thailand dalam masalah ini. Kementerian kesehatan kami sekarang akan segera berbicara dengan perusahaan yang mengimpor vaksin Sputnik V tentang kerangka waktu pengiriman, jumlah, dan harga," kata juru bicara pemerintah Anucha Burapachaisri, Kamis.
Baca juga: Penerima vaksin meninggal, Thailand minta masyarakat tenang
Baca juga: Thailand mulai gunakan vaksin COVID AstraZeneca pada Selasa
Thailand, yang telah dipuji atas penanggulangan wabah secara cepat, belum memulai vaksinasi massal dan rencananya hingga saat ini hampir seluruhnya dipusatkan pada 61 juta dosis vaksin AstraZeneca yang akan diproduksi oleh perusahaan lokal.
Namun, negara itu sedang berusaha untuk mendiversifikasi sumber vaksinnya di tengah persaingan untuk mendapatkan pasokan global dan saat menangani gelombang ketiga infeksi COVID-19.
Pejabat kesehatan pada Kamis mengatakan Thailand mungkin telah mencapai puncak gelombang itu, yang mencakup varian virus B.1.1.7 yang sangat mudah menular.
"Kami memproyeksikan bahwa jumlah kasus akan turun secara bertahap dalam satu atau dua minggu," kata Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Penyakit Opas Karnkawinpong.
Thailand melaporkan tujuh kematian baru akibat COVID-19 pada Kamis, jumlah kematian tertinggi dalam satu hari, sehingga total keseluruhan menjadi 117. Negara itu juga mencatat 1.470 infeksi, menjadikan total 48.113 kasus.
Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul mengadakan pembicaraan dengan perwakilan Pfizer, yang katanya akan memberi Thailand 10 juta dosis vaksinnya.
“Yang utama adalah kerangka waktu pengiriman, harga tidak menjadi perhatian dan keselamatan masyarakat lebih diutamakan,” kata Anutin pada Kamis.
Thailand telah menggunakan vaksin Sinovac Biotech untuk inokulasi awalnya, terutama untuk petugas kesehatan garis depan, serta dosis impor vaksin AstraZeneca.
Sejauh ini, hampir 865.000 orang di Thailand telah menerima sedikitnya satu kali suntikan vaksin COVID-19.
Sumber: Reuters
Thailand, yang telah dipuji atas penanggulangan wabah secara cepat, belum memulai vaksinasi massal dan rencananya hingga saat ini hampir seluruhnya dipusatkan pada 61 juta dosis vaksin AstraZeneca yang akan diproduksi oleh perusahaan lokal.
Namun, negara itu sedang berusaha untuk mendiversifikasi sumber vaksinnya di tengah persaingan untuk mendapatkan pasokan global dan saat menangani gelombang ketiga infeksi COVID-19.
Pejabat kesehatan pada Kamis mengatakan Thailand mungkin telah mencapai puncak gelombang itu, yang mencakup varian virus B.1.1.7 yang sangat mudah menular.
"Kami memproyeksikan bahwa jumlah kasus akan turun secara bertahap dalam satu atau dua minggu," kata Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Penyakit Opas Karnkawinpong.
Thailand melaporkan tujuh kematian baru akibat COVID-19 pada Kamis, jumlah kematian tertinggi dalam satu hari, sehingga total keseluruhan menjadi 117. Negara itu juga mencatat 1.470 infeksi, menjadikan total 48.113 kasus.
Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul mengadakan pembicaraan dengan perwakilan Pfizer, yang katanya akan memberi Thailand 10 juta dosis vaksinnya.
“Yang utama adalah kerangka waktu pengiriman, harga tidak menjadi perhatian dan keselamatan masyarakat lebih diutamakan,” kata Anutin pada Kamis.
Thailand telah menggunakan vaksin Sinovac Biotech untuk inokulasi awalnya, terutama untuk petugas kesehatan garis depan, serta dosis impor vaksin AstraZeneca.
Sejauh ini, hampir 865.000 orang di Thailand telah menerima sedikitnya satu kali suntikan vaksin COVID-19.
Sumber: Reuters
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021