"Semoga kami bisa terus perjuangkan agar beliau (Teuku Abdul Hamid Azwar) bisa dikokohkan sebagai pahlawan nasional. Jadi bertambah lagi pahlawan nasional dari Aceh," kata AHY di Bireuen, Aceh, Minggu.
Sebelumnya, Pemerintah Aceh melalui Dinas Sosial Aceh telah menggelar seminar tentang Letnan Kolonel TNI (Purn) Teuku Abdul Hamid Azwar yang sudah diusulkan menjadi pahlawan nasional dari Aceh, kegiatan itu sebagai salah satu persyaratan yang harus dilengkapi.
Baca juga: Usulan Teuku Abdul Hamid Azwar jadi pahlawan nasional diseminarkan
Baca juga: AHY ajak kader dan masyarakat doakan keselamatan awak KRI Nanggala-402
Baca juga: Ketum Demokrat AHY dijadwalkan bertemu ulama di Aceh
AHY menyampaikan, banyak orang sudah mengenal dan mengetahui jasa Teuku Abdul Hamid Azwar yang pernah ikut menyumbangkan pesawat kepada Republik Indonesia.
Kata AHY, tokoh bangsa tersebut juga memiliki andil besar dalam perjuangan Indonesia, termasuk pernah memimpin pelucutan senjata tentara Jepang dan mencegah Belanda untuk kembali menduduki Aceh pada saat agresi militer kedua.
"Saya sudah berdiskusi dengan Gubernur Aceh Nova Iriansyah, ini adalah kebanggaan dan kehormatan untuk kita semuanya," ujar AHY.
Untuk diketahui, dua kabupaten di Aceh melalui Gubernur Aceh telah sepakat mengusulkan sosok Teuku Abdul Hamid Azwar sebagai pahlawan nasional kepada Pemerintah Pusat.
Hingga November 2020, dua kepala daerah yang menerbitkan surat usulan gelar pahlawan nasional untuk H Teuku Abdul Hamid Azwar, yakni Wali Kota Banda Aminullah Usman dan Bupati Bireuen Muzakkar A Gani.
Sekilas, Teuku Hamid Azwar lahir pada tahun 1916. Pendidikan masa kecilnya dihabiskan di Kutaraja untuk belajar agama dan menempuh pendidikan formal.
Ia menjalani pendidikan dasar di sekolah Belanda, Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Peunayong yang dikhususkan untuk anak-anak golongan atas. Tamat dari HIS, Teuku Hamid melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Di usia yang masih muda, ia sudah menjadi pebisnis handal, melakukan perdagangan hasil bumi serta mengelola pabrik penggilingan padi di Samalanga. Tetapi di saat bersamaan ia juga seorang politikus dan terlibat dalam pendirian Partai Indonesia Raya (Parindra) di Aceh dan juga sekolah pergerakan.
Pada saat pengumuman Proklamasi Kemerdekaan, bersama Syamaun Gaharu dan Perwira Giyu Gun lainnya, Teuku Hamid mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia (API). Dalam perkembangannya API berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), setelah itu menjadi Tentara Republik Indonesia, dan akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Teuku Hamid mendapatkan kedudukan cukup tinggi sebagai dan penting sebagai Kepala Staf Divisi V Aceh dengan pangkat Mayor dan Letkol. Ia memimpin pelucutan senjata tentara Jepang serta mencegah Belanda untuk kembali menduduki Aceh saat agresi kedua.
Ketika diangkat oleh Panglima Sumatera sebagai Kepala Staf SK 2A (Intendans) Komandan Sumatera yang berkedudukan di Bukit Tinggi, Teuku Hamid mulai mendirikan perusahaan dagang Central Trading Company (CTC) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan TNI.
CTC tidak hanya memasok senjata, amunisi, dan obat-obatan kepada TNI, tetapi juga melakukan pembelian pesawat AVRON ANSON untuk memperkuat Angkatan Udara dan Kapal Laut PPB 58 LB untuk memperkuat angkatan laut Indonesia.
Tahun 1950, Teuku Hamid Azwar melepaskan tanda pangkatnya dalam militer dengan pangkat terakhir sebagai Letnan Kolonel. Ia meninggal dunia dalam usia 80 tahun di Singapura, pada 7 Oktober 1996 silam.
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021