"Sulteng banyak memiliki sungai besar dan sering banjir sehingga perlu dilakukan upaya normalisasi," katanya di Palu, Senin.
Dalam masa reses ini, Matindas meninjau beberapa wilayah yang terdampak bencana alam, termasuk banjir di Kabupaten Sigi, beberapa waktu lalu dan angin puting beliung di Desa Meko, Kabupaten Poso.
Pemkab Sigi, kata dia, telah melakukan beberapa langkah untuk mengantisipasi banjir bandang yang sering kali menerjang sejumlah wilayah setempat.
Ia mencontohkan tentang normalisasi sungai di Desa Beka, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi yang beberapa waktu lalu diterjang banjir bandang dan lumpur.
Baca juga: Pemkab Sigi terjunkan sejumlah alat berat bersihkan lumpur
Akibatkan curah hujan di atas normal tersebut, airnya meluap ke permukiman warga karena DAS sudah dangkal, dipenuhi batu-batuan, pasir, dan limbah kayu.
Banjiir mengakibatkan ratusan warga harus mengungsi, rumah mereka diterjang banjir lumpur hingga setinggi dua meter.
Pemkab Sigi melakukan upaya normalisasi agar banjir bandang serupa tidak terjadi lagi.
Begitu juga halnya di Kecamatan Kulawi Selatan, salah satu sungai besar di wilayah itu, yakni Sungai Watukilo, sedang dilakukan normalisasi.
Normalisasi sebagai usaha pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya banjir yang mengancam permukiman warga dan areal pertanian, perkebunan, serta infrastruktur lainnya. Bencana berdampak terhadap ekonomi masyarakat.
Oleh karena itu, Matindas mendukung normalisasi sungai di semua kabupaten/kota di Sulteng. Sulteng selama ini terkenal rawan banjir dan tanah longsor, terutama saat musim hujan atau cuaca ekstrem.
"Sehingga perlu mendapat perhatian kita semua baik pemerintah daerah dan masyarakat," katanya.
Baca juga: Sebanyak 292 rumah di Sigi rusak disapu banjir lumpur
Baca juga: Banjir bandang disertai lumpur terjang Desa Beka Kabupaten Sigi
Pewarta: Anas Masa
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021