• Beranda
  • Berita
  • Sejumlah kota di Jepang merasa mustahil jadi tuan rumah tim Olimpiade

Sejumlah kota di Jepang merasa mustahil jadi tuan rumah tim Olimpiade

27 April 2021 14:40 WIB
Sejumlah kota di Jepang merasa mustahil jadi tuan rumah tim Olimpiade
Jembatan Pelangi dan Menara Tokyo bercahaya dengan warna Olimpiade untuk memperingati hitung mundur 100 hari menuju Olimpiade Tokyo 2020 yang telah ditunda ke tahun 2021 akibat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), di Tokyo, Jepang, Rabu (14/4/2021). ANTARA/REUTERS/Issei Kato/hp/cfo.
Ratusan kota dan kota besar di Jepang terpaksa mempertimbangkan kembali rencana menjadi tuan rumah tim-tim Olimpiade setelah virus corona mencegah masyarakat ke luar rumah dan mendorong berlakunya pengamanan ketat.

Kota Okuizumo di bagian barat Jepang sudah menghabiskan lebih dari 5 juta dolar AS guna mempersiapkan diri menyambut tim hoki India untuk kamp pelatihan pra-Olimpiade tapi batal hadir gara-gara COVID-19.

Setelah membenamkan dana besar guna meningkatkan fasilitas olahraga, Okuizomo kini mundur karena dipaksa menerapkan langkah biosekuriti berbentuk gelembung di mana tes COVID-19 dan perawatan medis mesti rutin diadakan.

"Kami tadinya menginginkan salah satu tim papan atas dunia mengunjungi kota kami dan menunjukkan keahlian mereka kepada anak-anak di sini," kata pejabat kota itu, Katsumi Nagase, kepada AFP.

"Namun saat ini sepertinya sudah tidak mungkin."

Baca juga: Aturan pembatasan penonton Olimpiade Tokyo segera ditetapkan April
Baca juga: Panpel upayakan siapkan 500 perawat untuk Olimpiade Tokyo


Lebih dari 500 kotamadya mendaftar menjadi tuan rumah untuk para atlet dan ofisial dalam skema yang ditujukan guna memperluas manfaat Olimpiade di luar Tokyo.

Beberapa kota itu, seperti Okuizumo, sudah membatalkan rencana menjadi tuan rumah bagi atlet-atlet luar negeri, sementara kota lainnya tengah merancang program yang hati-hati yang mereka harapkan bisa membuat semua orang aman.

Alih-alih memberi penduduknya kesempatan guna bertemu dengan atlet-atlet elit dan menguji coba cabang-cabang baru olahraga, kota-kota itu harus menghapuskan sesi kontak fisik, kunjungan sekolah, dan berlatih gratis.

Kota Kurihara di Prefektur Miyagi yang berada di Jepang utara berencana menjadi tuan rumah tim hoki Afrika Selatan, tetapi memutuskan bahwa biayanya tidak lagi sepadan mengingat adanya berbagai batasan yang berlaku akibat langkah-langkah pembendungan virus.

"Ini adalah proyek yang bakal menggunakan sumber pajak kami," kata Hidenori Sasaki, seorang pejabat dewan pendidikan setempat, kepada AFP.

"Jika hanya atlet yang mengadakan pemusatan latihan tanpa ada kontak dengan warga setempat, maka warga setempat tidak akan menikmati manfaatnya."

Baca juga: Jepang perketat protokol kedatangan tim Olimpiade dan Paralimpiade
Baca juga: Jepang darurat COVID-19, Indonesia tetap bersiap untuk Olimpiade Tokyo



Dalam beberapa kasus, tim-tim Olimpiade telah membatalkan diri karena mengkhawatirkan risiko terpapar infeksi sebelum Olimpiade.

Tim renang Australia membatalkan rencananya berlatih di kota Nagaoka di Prefektur Niigata, kata walikotanya kepada media Maret silam.

Dan tim tenis meja Kanada urung menyambangi kota Okaya di Prefektur Nagano, yang malah berencana memasang poster atlet di sekitar kota, kata Tomoko Hirose dari divisi perencanaan kota tersebut.

"Sorakan kami mungkin menjadi kontak satu arah, tanpa kontak fisik, tetapi mengingat situasinya, kami hanya bisa harus terus lanjut," kata dia kepada AFP.

Baca juga: Kirab obor Olimpiade untuk pertama kalinya dibatalkan


Kontak terbatas

Tidak semua kota tuan rumah mengurungkan rencana-rencana mereka.

Kota Tsuruoka di Prefektur Yamagata di Jepang utara akan menjadi tuan rumah puluhan atlet Olimpiade dan Paralimpiade dan ofisial dari Moldova dan Jerman.

Kota itu telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun dengan Moldova, kata Takayuki Ito, seorang pejabat dewan pendidikan kota.

"Yang penting bagi kami adalah melanjutkan pertukaran kami," kata Ito kepada AFP, menjelaskan kompetisi memanah online baru-baru ini yang diadakan bersama atlet Moldova.

"Ada hal-hal yang bisa Anda lakukan tanpa harus mengeluarkan banyak uang," kata Ito. "Kami punya pandangan baik soal program kami."

Tetapi itu tidak mudah. Para atlet akan tinggal di asrama mereka sendiri dan hanya bergerak di sepanjang rute menuju gym dan lapangan latihan yang sudah ditentukan sehingga menghindari kontak dengan warga.

Baca juga: Olimpiade kian dekat, Jepang malah umumkan keadaan darurat pandemi

Di Tottori barat, kota Yonago akan menampung puluhan orang dari tim renang, senam, dan perahu Paralimpiade Jamaika.

Kota itu sudah menjalin kerja sama dengan Jamaika sejak 2015, dan yakin tugas tuan rumah akan memperkuat ikatan itu, kata Kyohei Takahashi pada divisi promosi olahraga kota itu.

Para atlet akan berada di lantai yang sudah ditentukan dan menggunakan lift staf hotelnya sehingga menghindari lobi dan pintu masuk utama agar kontak terbatasi.

Mereka juga akan rutin ditawari tes COVID-19, serta rute yang ke gym dan kolam renang yang sudah ditentukan.

"Kami merencanakannya sejak dini," kata Takahashi.

"Kami tidak akan bisa kontak dengan atlet kali ini. Tapi warisannya akan tetap ada," pungkas Takahashi.

Baca juga: Jepang akan buka pusat vaksinasi massal di Tokyo
Baca juga: Pelatnas angkat besi tidak mudik, tetap latihan

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2021