Produk-produk hasil riset terapan tidak hanya terukur tetapi juga bisa yang tidak bisa diukur. Misalnya produk-produk akuntasi
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wikan Sakarinto mengatakan riset terapan harus menghasilkan produk.
“Riset-riset terapan harus menghasilkan suatu produk, bukan sekadar publikasi. Tetapi hasilnya adalah produk-produk dalam negeri. Publikasi boleh, tetapi juga harus menghasilkan suatu produk,” ujar dia dalam siniar Pojok Dikbud: Kita Bangun Pendidikan Vokasi untuk Indonesia Maju yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Dia memberi contoh beberapa produk buatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) seperti mesin Computer Numerical Control (CNC) yang diproduksi sesuai dengan standar industri.
“Biasanya mesin CNC tersebut kita impor. Sekarang, kita bisa produksi mesin CNC sendiri,” tambah dia.
Begitu juga dengan alat-alat kesehatan, mesin-mesin pertanian hingga mesin-mesin otomatis.
Baca juga: Ditjen Vokasi akan tunjuk 900 SMK Pusat Keunggulan pada 2021
Wikan menyebutkan banyak hasil-hasil produksi pendidikan vokasi yang dipesan oleh industri.
Ke depan, lanjut dia, SMK dan PTV tersebut akan menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang bisa mengerjakan proyek-proyek pemerintah.
“Produk-produk hasil riset terapan tidak hanya terukur tetapi juga bisa yang tidak bisa diukur. Misalnya produk-produk akuntasi,” terang dia.
Wikan menjelaskan pendidikan vokasi harus selaras dengan dengan industri dan menerapkan 8+i , yang mana keterlibatan dunia kerja di segala aspek penyelenggaraan pendidikan vokasi.
Delapan hal yang perlu dilakukan, yakni kurikulum yang disusun bersama dengan industri, pembelajaran berbasis proyek riil dari dunia kerja, jumlah dan peran guru atau instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja, praktik kerja lapangan atau industri, sertifikasi kompetensi.
Selain itu, pemutakhiran teknologi dan pelatihan bagi guru atau instruktur, riset terapan mendukung "teaching factory", dan komitmen serapan, serta berbagai kemungkinan kerja sama yang dapat dilakukan dengan dunia kerja seperti beasiswa, donasi dalam bentuk peralatan dan lainnya.
Baca juga: Kemendikbud : Program D4 tingkatkan minat masuk pendidikan vokasi
Baca juga: Kemendikbud kembangkan D-3 menjadi D-4 dan SMK jalur cepat D-2
Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021