Indonesia mendukung penghapusan paten vaksin COVID-19 guna mendorong kapasitas produksi dunia terhadap vaksin.
“Ini adalah salah satu bentuk upaya kolaborasi dunia untuk meratakan jalan bagi akses vaksin yang setara bagi semua negara,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Twitter, Sabtu.
Indonesia supports the waiver of patent for Covid-19 vaccines to boost global vaccine production capacity – Ret pic.twitter.com/ejHT6b89dR
— Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (@Menlu_RI) May 8, 2021
Untuk terus menindaklanjuti upaya pemenuhan vaksin bagi semua negara, Menlu RI akan kembali memimpin pertemuan COVAX AMC Engagement Group pada 17 Mei mendatang.
Kelompok tersebut merupakan forum negara-negara berkembang dan kurang berkembang (AMC) dengan negara donor untuk pengadaan dan distribusi vaksin bagi negara AMC.
Baca juga: Moderna tak yakin soal eksklusivitas hak paten vaksin COVID-19
Baca juga: China berikan hak paten vaksin COVID-19 pertama buatan CanSino
Dalam hal ini, fasilitas COVAX yang diinisiasi oleh Aliansi Vaksin GAVI dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki target pengadaan vaksin bagi 20 persen populasi setiap negara AMC, dan mendukung negara AMC untuk menjalankan rencana vaksinasi nasional mereka.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendukung proposal untuk mengesampingkan peraturan properti intelektual Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang akan membuka jalan bagi negara-negara miskin untuk memproduksi vaksin sendiri.
Sejauh ini, vaksin COVID-19 telah didistribusikan sebagian besar ke negara-negara maju yang mengembangkannya, sementara pandemi masih melanda negara-negara yang lebih miskin, seperti India.
Sementara itu, para pengembang vaksin seperti Moderna, Pfizer, dan BioNTech telah berargumen bahwa selama ini paten tidak menjadi faktor yang membatasi pasokan. Teknologi baru dan keterbatasan global terkait pasokan kerap disebut sebagai tantangan, dan baik Moderna maupun Pfizer telah secara stabil meningkatkan perkiraan pasokan.
“Tak ada kapasitas manufaktur mRNA di dunia,” ujar pimpinan eksekutif Moderna, Stephane Bancel, dalam percakapan melalui sambungan telepon bersama para investor pada Kamis (6/5), merujuk pada teknologi messenger RNA di balik vaksin Moderna dan Pfizer.
Baca juga: Langkah AS longgarkan hak paten vaksin akan dorong pengembangan usaha
Baca juga: Senat Brazil tangguhkan pelindungan paten vaksin COVID-19
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2021