Corporate Senior Vice President, merangkap anggota BOD di Huawei Catherine Chen yakin bahwa untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan peran dan upaya bersama dari semua kalangan, termasuk pembuat kebijakan, regulator, hingga swasta.
Baca juga: Huawei investasikan 220 juta dolar perkuat layanan
"Dengan kian membanjirnya perangkat yang menampilkan fitur konektivitas, makin banyaknya layanan yang mulai beralih ke daring, serta tumbuhnya infrastruktur-infrastruktur krusial yang bergantung pada pertukaran data secara real-time, membutuhkan peran pemerintah yang lebih serius dalam menjamin perlindungan bagi seluruh kalangan dengan standar keamanan yang tinggi pula," kata Chen melalui keterangannya, Minggu.
"Jaminan keamanan yang tinggi hanya terwujud melalui penerapan aturan yang disepakati bersama dan pada akhirnya hal ini akan turut menumbuhkan kepercayaan terhadap teknologi," imbuhnya.
Ada pun di perhelatan St. Gallen Symposium kali ini, sebanyak 1.000 peserta dari seluruh dunia turut ambil bagian dalam dialog lintas generasi yang digelar selama tiga hari.
Turut bergabung dalam gelaran ini adalah sejumlah kalangan akademia University of St. Gallen, sebuah lembaga hub internasional yang bertempat di Singapura, sepuluh Kedutaan Besar Swiss di berbagai negara di dunia, serta banyak peserta lain yang berpartisipasi secara daring.
Baca juga: Huawei janjikan ponsel segera pakai OS Harmony
Sejumlah pembicara dunia dari sektor swasta yang turut bergabung, di antaranya adalah Christophe Franz, BOD Chairman Roche, Ola Källenius, Chairman of the Board of Management Daimler, Satya Nadella, Chief Executive Officer Microsoft, serta Roshni Nadar Malhotra, Chief Executive Officer HCL Corporation.
Hadir pula pemimpin-pemimpin dunia dari kalangan politik, seperti Kanselir Austria Sebastian Kurz, juga wakil lembaga-lembaga transnasional, seperti Chairwoman Swiss Digital Initiative Doris Leuthard, turut bergabung menyampaikan pandangan mereka.
Perhelatan St. Gallen Symposium tahun ini sendiri dibuka pada tanggal 5 Mei lalu. Partisipan sepakat bahwa kepercayaan akan tumbuh selaras dengan makin menguatnya keterbukaan dan transparansi. Ini saat yang tepat untuk mengambil langkah konkret dalam mengatasi tantangan-tantangan dan risiko yang menyertai kejadian pandemi global COVID-19 yang melanda dunia saat ini.
Dibutuhkan upaya bersama untuk menguatkan kembali kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga politik dan ekonomi, serta kemunculan teknologi-teknologi baru, khususnya di kalangan generasi muda. Ini tentu bukan perkara mudah, terlebih dengan kondisi pandemi yang terjadi saat ini.
"Sebagai generasi muda, kami memang terhubung dengan banyak kalangan melalui media sosial, namun tidak serta-merta kami bisa menaruh kepercayaan begitu saja kepada orang-orang dalam lingkaran di media sosial kami," kata Simon Zulliger, salah satu dari 35 siswa dari University of St. Gallen yang menjadi panitia symposium kali ini.
Baca juga: KemenPPPA: Pengetahuan keamanan siber penting bagi perempuan
Mereka menyampaikan pandangan mengenai pentingnya duduk bersama mencari solusi bagaimana merawat dan menumbuhkan kepercayaan demi terwujudnya upaya pemulihan global yang berkesinambungan.
Chen berharap bahwa generasi muda pemimpin-pemimpin dunia di masa depan dapat turut membangun kepercayaan dan membentuk dunia yang makin terkoneksi di semua lini.
"Saya tekankan kepada generasi muda untuk terus mempererat jalinan dengan seluruh kalangan di masyarakat, individu, serta lingkungan," kata Chen.
"Kita wajib berperan serta dalam turut membangun kepercayaan yang kuat terhadap teknologi didukung dengan aturan-aturan yang menjadi kesepakatan kolegial, tumbuhnya inovasi dan kemajuan bersama. Hanya dengan komitmen dan upaya tersebut kita semua dapat membangun kesinambungan dan kepercayaan terhadap pemanfaatan teknologi untuk kemaslahatan," pungkasnya.
Baca juga: Huawei "I Do Care" bantu 30 panti asuhan
Huawei di Indonesia
Sementara itu, Huawei memperluas komitmennya dalam memperkokoh kepercayaan masyarakat terhadap teknologi dengan mendukung tumbuhnya inovasi di tiap-tiap negara di mana Huawei berkiprah.
Untuk mengakselerasi kemajuan dan perkembangan inovasi serta dalam rangka turut menciptakan dunia yang kian terkoneksi di setiap lini, dibutuhkan SDM andal yang nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan.
Di Indonesia sendiri, Huawei berkomitmen untuk terus memacu transformasi digital di banyak sektor dan level melalui rangkaian inisiatif bertajuk “I Do Care, I Do Contribute, I Do Collaborate, dan I Do Create”, untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat Indonesia dan membangun kembali kepercayaan pada teknologi dalam rangka menciptakan nilai bersama dan mendukung kemajuan ekonomi, sosial dan lingkungan.
Inisiatif tersebut mencakup upaya Huawei untuk mencari jalan keluar melalui teknologi mutakhir guna mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia dalam skenario pasca pandemi. Huawei juga meluncurkan program untuk menumbuhkan 100 ribu talenta digital Indonesia selama 5 tahun untuk membangun fondasi yang kokoh bagi sumber daya manusia yang siap menghadapi masa depan.
Penanaman bakat ini bertujuan untuk membantu mewujudkan visi besar bangsa untuk menjadi 5 kekuatan ekonomi digital teratas dunia pada tahun 2045, sebagaimana ditetapkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Sebagai bukti atas kontribusi sosial korporasi, bersama dengan mitra utama, terutama melalui Proyek USO pemerintah, Huawei juga mempercepat inklusi digital untuk menghubungkan mereka yang belum terhubung dan meningkatkan konektivitas nasional, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil dan pedesaan, untuk memastikan tidak ada yang harus tertinggal dalam lompatan digital.
Baca juga: Huawei Band 6 resmi dirilis unggulkan layar lega hingga Find Phone
Baca juga: Kongres AS berusaha potong penjualan alat pembuat chip ke China
Baca juga: E-Government harus didukung keamanan siber kuat
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021