• Beranda
  • Berita
  • Nishikori-Osaka buka suara soal keraguan pelaksanaan Olimpiade Tokyo

Nishikori-Osaka buka suara soal keraguan pelaksanaan Olimpiade Tokyo

11 Mei 2021 23:44 WIB
Nishikori-Osaka buka suara soal keraguan pelaksanaan Olimpiade Tokyo
Ilustrasi: Petenis Jepang Kei Nishikori saat bertanding melawan petenis Brazil Thiago Monteiro pada turnamen tenis Wimbledon 2019 di London, Inggris, Selasa (2/7/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Toby Melville/foc.
Dua petenis papan atas asal Jepang Kei Nishikori dan Naomi Osaka mengutarakan pandangan mereka pada persiapan pelaksanaan Olimpiade Tokyo yang dinilai masih berisiko karena pandemi yang belum terkendali di Jepang.

Nishikori menilai panitia pelaksana dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) masih punya waktu untuk mempertimbangkan pelaksanaan ajang tersebut, mengingat ada potensi besar penularan di kampung atlet jika pranata pencegahan belum memadai.

"Ini tidak hanya soal 100 orang di turnamen, tapi mencakup 10.000 orang di kampung (atlet). Saya rasa ini tidak akan mudah, terutama dengan apa yang sedang dihadapi Jepang yang tidak dalam arah baik," kata Nishikori sebagaimana dilansir Reuters, Selasa.

Jepang menaikkan status darurat di Tokyo dan tiga wilayah lainnya hingga akhir Mei, menimbulkan pertanyaan apakah Olimpiade harus tetap dilangsungkan. Ditambah punya kenyataan bahwa tingkat vaksinasi Jepang menjadi yang terendah di antara negara-negara maju lainnya.

Baca juga: Nadal masih ragu berpartisipasi di Olimpiade Tokyo

Sementara itu, Osaka di satu sisi sangat menantikan pelaksanaan Olimpiade di negaranya, namun dia tak mau egois dan ikut mempertanyakan keberlangsungan acara ini di tengah pandemi.

Petenis peringkat dua dunia itu menilai pembahasan yang terlalu lama pada penyelenggara hanya membuat kecemasan yang tak kunjung selesai, membuat tamu dan warga Jepang tak nyaman.

"Tentu saya ingin Olimpiade dilakukan, tapi ada banyak hal penting yang terjadi belakangan, hal yang tidak terduga. Bagi saya ini seperti mengambil risiko, tentu ini harus dibicarakan," tuturnya.

"Akan ada banyak orang yang masuk (ke Jepang), jadi mereka harus membuat keputusan yang tepat. Saya sudah divaksin, tapi tidak semua orang menginginkan demikian," kata Osaka.

Jepang telah mencatat lebih dari 600.000 kasus positif dan lebih dari 10.500 kematian, namun proses vaksinasi berlangsung lambat, dengan hanya sekitar dua persen populasi yang sudah divaksin dari total 126 juta penduduk Jepang.

Baca juga: PM Jepang bilang tak pernah mengutamakan Olimpiade
Baca juga: China dukung penyelenggaraan Olimpiade Tokyo
Baca juga: Kampanye anti-Olimpiade mendapat dukungan secara daring di Jepang

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021