"Ini menjadi suatu peluang bagi inovasi Indonesia yang bisa diindustrialisasi dan mengisi ceruk kebutuhan ventilator ICU, sehingga pasokan impor bisa dikurangi dan pasokan atau kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi dengan lebih baik lagi," kata Direktur Pusat Pengkajian Industri Manufaktur, Telematika dan Elektronika BPPT, Andhika Prastawa dalam Webinar "Ekosistem Inovasi Teknologi Penanganan COVID-19: Peta dan Upaya Penguatannya", Jakarta, Rabu.
Baca juga: Kemristek dorong pengembangan ventilator ICU pertama di Indonesia
Baca juga: Gugus Tugas COVID-19 Sulsel dapat bantuan ventilator khusus ICU
Andhika mengatakan saat ini tempat tidur atau ruang intensive care unit (ICU) di rumah sakit berjumlah 20.676 dengan asumsi 50 persen dari ruang tersebut memiliki ventilator ICU, maka akan diperlukan 10.338 ventilator. Sementara dalam catatannya, saat ini Indonesia memiliki 3.637 ventilator sehingga terjadi kekurangan sebesar 6.701 ventilator.
Andhika menuturkan kebutuhan yang besar terhadap ventilator ICU harus segera dijawab untuk kepentingan penanganan pasien COVID-19. Ventilator berperan penting sebagai alat bantu pernapasan.
Oleh karena itu, diharapkan inovasi dalam negeri bisa menghasilkan ventilator ICU untuk mengurangi ketergantungan impor.
"Jadi, kalau dilihat dari harga memang produk-produk kita itu bukan yang terendah, tapi saya kira sudah bisa memenuhi persaingan dengan produk dari produsen-produsen dengan kualitas yang sangat baik, seperti Amerika Serikat dan Jerman. Dengan demikian, saya kira ini sangat berpotensi untuk dikembangkan dan terus dimanfaatkan dan digunakan untuk keperluan di dalam negeri," tutur Andhika.
Baca juga: BPPT ciptakan tes cepat untuk deteksi antibodi pasca vaksinasi COVID
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021