"Saat ini kami sedang melakukan penelusuran lebih lanjut untuk memastikan apakah data tersebut berasal dari BPJS Kesehatan atau bukan. Kami sudah mengerahkan tim khusus untuk sesegera mungkin melacak dan menemukan sumbernya," ujar Kepala Humas BPJS Kesehatan M Iqbal Anas Ma'ruf dalam surat pernyataan perusahaan yang diterima di Jakarta, Jumat malam.
Dalam informasi yang beredar, kata Iqbal, disebutkan bahwa ada 279 juta data peserta yang terindikasi bocor. Sementara, jumlah peserta BPJS Kesehatan sampai Mei 2021 yang tercatat secara resmi berjumlah 222,4 juta jiwa.
Baca juga: Sampel data bocor diduga identik dengan data BPJS Kesehatan
"Perlu kami tegaskan, bahwa BPJS Kesehatan konsisten memastikan keamanan data peserta BPJS Kesehatan dilindungi sebaik-baiknya," katanya.
Upaya perlindungan data tersebut menggunakan 'big data kompleks' yang tersimpan di server BPJS Kesehatan. "Kami memiliki sistem pengamanan data yang ketat dan berlapis sebagai upaya menjamin kerahasiaan data tersebut, termasuk di dalamnya data peserta JKN-KIS," ujarnya.
Di samping itu, BPJS Kesehatan secara rutin juga melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memberikan perlindungan data yang lebih maksimal.
Sebelumnya, kabar terkait kebocoran data peserta BPJS Kesehatan beredar melalui sejumlah akun media sosial Twitter.
Sejumlah warga net memberikan komentar terkait situasi itu, di antaranya yang dipantau melalui akun @ndagels dan @Br_AM.
Pada akun tersebut diunggah tangkapan layar berisi percakapan oknum yang menjual sekitar 290 juta data penduduk Indonesia yang bersumber dari data situs BPJS Kesehatan.
Komponen yang dijual berupa nama lengkap, Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor telepon, alamat, email, tanggungan, dan lainnya.
Bahkan ada sebagian netizen yang mengecek sampel data yang ditawarkan dan mengklaim bahwa semua komponen sesuai.
Netizen juga mengomentari argumentasi BPJS Kesehatan terkait selisih data peserta yang bocor lebih banyak dari data yang sebenarnya tercatat di BPJS Kesehatan.
"Argumentasi BPJS Kesehatan datanya gak sampe 290 juta, tapi kan ada juga data peserta yang sudah meninggal. Makanya bisa sampe 290 juta," komentar netizen.
Baca juga: Pakar: BPJS perlu segera audit forensik digital terkait kebocoran data
Baca juga: Kominfo tengah selidiki kebocoran data KTP yang viral di Twitter
Baca juga: BPJS Kesehatan dorong pemenuhan faskes di daerah perifer
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021