"Tujuan pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan sasaran utama salah satunya meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta meningkatkan kesehatan reproduksi. Di sini peran bidan sangat besar," ujar dr Kirana dalam UNFPA Web Series: Kesehatan Ibu dalam rangka Peringatan Hari Bidan Internasional 2021, Selasa.
Baca juga: Jejak bidan Teguh di jalan setapak Gununglangit
Pengakuan peran penting bidan dalam sistem kesehatan ibu dan anak juga diungkapkan Kepala Staf Kepresidenan RI, Jend TNI (Purn) Moeldoko.
Dia menyebut, bidan menjadi tulang punggung sistem kesehatan ibu dan anak termasuk dalam upaya menurunkan AKI dan AKB (angka kematian bayi) di Indonesia yang menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional.
Sebagai upaya mendukung peran ini, dia menilai pentingnya para pihak berwenang memberikan dukungan untuk para bidan demi meningkatkan kompetensi dan profesionalisme-nya sehingga dapat memberikan pelayanan paripurna pada seluruh keluarga yang membutuhkan.
"Bidan adalah aset negara, tanpa bidan sulit mencapai Indonesia maju," kata Moeldoko dalam sambutannya.
Merujuk RPJMN 2020-2024, target penurunan rata-rata angka kematian ibu (AKI) per tahunnya sekitar 5,5 persen atau 183 per 100.000 kelahiran dan lebih besar dari itu. Pun halnya dengan angka kematian bayi dan angka kematian neonatal. Bidan yang pada April 2021 berjumlah 202.309 orang untuk 10.279 puskesmas dan 61.749 bidan di 2955 rumah sakit. salah satunya bisa berperan mencapai target ini.
Baca juga: Ikatan Bidan: Pasien buat janji sebelum berobat cegah COVID-19
Membedah peran bidan
Dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi, para bidan sudah memahami penyebab umumnya yang selama 5-10 tahun terakhir memiliki pola sama. Setidaknya ada tiga penyebab utama masalah ini yakni gangguan hipertensi (33.07 persen), komplikasi kehamilan dan perdarahan obstetri (27,03 persen).
Sementara untuk kematian bayi, umumnya disebabkan sejumlah masalah antara lain: komplikasi kejadian intrapartum, gangguan respitoratori dan kardiovaskular, kelainan kongenital, infeksi, serta berat bayi lahir rendah dan prematur.
Peran lain bidan yang juga penting dan tak sulit tergantikan oleh tenaga kesehatan lain yakni dalam pemeriksaan kehamilan dan persalinan ibu, khususnya memberikan pelayanan secara langsung serta edukasi ibu, keluarga dan masyarakat. Di sisi lain, posisi bidan yang sangat dekat dengan masyarakat juga menjadi pertimbangan penting.
Baca juga: Kate Middleton diam-diam menyamar jadi bidan, kenapa?
Data menunjukkan, pemeriksaan kehamilan 82,4 persen dilakukan oleh bidan. Ini artinya, sekitar 4 juta ibu hamil yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari bidan bisa menerima informasi cukup, pelayanan kesehatan yang baik, apabila para bidan memiliki kompetensi yang terbaik.
Dari segi tempat persalinan, peran penting bidan yakni menggeser pemilihan rumah menjadi fasilitas kesehatan. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan, tempat persalinan perempuan sekitar 29 persen berada di tempat praktik bidan, diikuti rumah sakit swasta (18 persen) dan rumah sakit pemerintah (15 persen).
"Pemerintah berharap peran ini terus dijaga dan ditingkatkan dengan menjaga kompetensi dan kualitas pelayanan kesehatan yang dimiliki para bidan," tutur Kirana.
Sementara itu, di dalam pilar penyelamatan ibu dan bayi, bidan memiliki posisi strategis mulai dari masa sebelum para wanita hamil, memasuki masa kehamilan, masa persalinan hingga pascapersalinan.
Pada masa sebelum hamil, bidan memerikan edukasi gizi dan kesehatan reproduksi bagi remaja putri, calon pengantin dan pasangan usia subur tentang perencanaan kehamilan sehat serta pelayanan kesehatan.
Memasuki masa kehamilan, bidan membantu mencegah para ibu hamil mencegah kehamilan, melakukan deteksi dini dan perawatan penyulit kehamilan dengan tepat.
Lalu saat persalinan dan bayi baru lahir, bidan sebagai salah satu penolong memiliki pengetahuan, keterampilan dan peralatan memadai untuk melaksanakan persalinan yang bersih, aman serta pelayanan komplikasi dan kegawatdaruratan ibu dan bayi.
Setelah bayi lahir atau masa usai persalinan, bidan membantu memberikan edukasi dan pelayanan esensial termasuk KB (Keluarga Berencana) bagi ibu nifas dan bayi serta tatalaksana prarujukan dan rujukan.
"Peran bidan tidak hanya memberikan pelayanan kebidanan tetapi juga mengelola pelayanan, menjadi penyuluh dan konselor, pendidik, pembimbing dan fasilitator klinik, penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dan peneliti," tutur Kirana.
Dalam kesempatan itu, Knowledge Hub Coordinator Kesehatan Reproduksi Indonesia dari Fakultas Kesehatan Masyarakay Universitas Indonesia, Prof. dr. Budi Utomo berpendapat, khusus dalam penyelamatan kematian ibu dan bayi, bidan perlu didukung infrastruktur salah satunya rumah sakit rujukan.
"Bidan tanpa didukung infrastruktur rumah sakit rujukan tidak akan berdampak dalam penyelamatan kematian. Peran bidan untuk menurunkan AKI perlu rumah sakit rujukan. Konsep ini yang melatarbelakangi rumah tunggu. Di Indonesia kebijakannya tak sepenuhnya tepat. Ibu hamil terutama trimester tiga ditempatkan di satu rumah, jarak ke rumah sakit tidak sampai 1 jam. Di Indonesia tidak demikian, tidak memperhitungkan jarak ke rumah sakit terdekat," kata dia.
Di sisi lain, menurut Budi, keterlambatan rujukan menjadi penyebab risiko kematian ibu. Di desa-desa yang masih banyak terdapat dukun bayi, risiko kematian ibu meningkat karena keberadaan dukun bayi ini mendorong keterlambatan rujukan.
Baca juga: WHO sebut Asia Tenggara butuh 1,9 juta perawat dan bidan
Baca juga: Tenaga medis di Padang Pariaman positif COVID-19
Baca juga: Cegah COVID-19, BKKBN Sumsel bantu APD untuk 12.218 bidan
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021