Pesan tersebut mencatut Kementerian Kesehatan Rusia yang mengubah rencana pengobatan pasien positif COVID-19 dengan menggunakan aspirin setelah menemukan bakteri pada mayat pasien COVID-19.
Dokter Rusia, dalam pesan berantai itu, diklaim menyebut penyakit COVID-19 merupakan "tipuan global".
Pesan itu juga mengatakan pasien COVID-19 diminta mengonsumsi tablet antibiotik, anti-inflamasi, dan minum antikoagulan atau aspirin.
Benarkah Rusia menemukan bakteri pada mayat pasien positif COVID-19, dan beberapa hal lain seperti disebut dalam pesan berantai itu?
Penjelasan
Situs Kementerian Kesehatan Rusia justru menyebut penyakit COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan bukan karena bakteri yang terkena radiasi.
Kantor Berita Reuters menyebut klaim bahwa COVID-19 disebabkan oleh bakteri dan hanyalah trombosis merupakan hoaks.
Para peneliti melaporkan salah satu dari banyak efek COVID-19 adalah peradangan dan pembekuan darah yang tidak normal.
Namun, pembekuan darah hanyalah salah satu dari banyak efek COVID-19, karena COVID-19 tidak identik dengan trombosis.
Sementara, saran konsumsi tablet antibiotik, anti-inflamasi, dan minum antikoagulan tidak efektif melawan infeksi virus. Obat-obat itu disarankan hanya untuk pasien COVID-19 yang juga mengalami infeksi bakteri.
WHO bahkan menyebut antibiotik tidak untuk melawan virus.
Klaim: Rusia temukan bakteri saat otopsi pasien COVID-19
Rating: Salah/Disinformasi
Cek fakta: Bakteri COVID-19 membuat pembuluh darah melebar dan membeku?
Baca juga: Rusia kembali perketat prokes menyusul sikap abai warga pada pandemi
Baca juga: Warga Moskow diawasi 380 ribu CCTV selama pandemi
Pewarta: Tim JACX
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021