Langkah tersebut diusulkan oleh Kementerian Kesehatan setelah negara yang dilanda perang itu mencatat 977 kasus dan 18 kematian COVID-19 pada Jumat, sehingga masing-masing totalnya berjumlah 70.107 kasus dan 2.899 kematian. Angka itu merupakan lonjakan harian tertinggi hingga saat ini.
"Kami berupaya mati-matian untuk mengatasi gelombang ketiga pandemi, namun jika masyarakat terus melanggar protokol kesehatan seperti menjaga jarak fisik, penggunaan masker, dan mencuci tangan, bencana sebentar lagi datang, jangan berharap mukjizat," kata Menteri Kesehatan Waheed Majroh.
Ujian masuk tahunan ke perguruan tinggi di Ibu Kota Kabul juga ditangguhkan.
Pada Februari, Afghanistan mulai meluncurkan vaksin COVID-19 buatan India setelah penggunaan darurat vaksin tersebut direstui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Afghanistan telah memperoleh 500.000 dosis vaksin COVID-19 buatan Oxford-AstraZeneca dari India.
Kementerian Kesehatan kerap menyerukan lebih banyak dukungan internasional untuk membantu pemerintah Afghanistan memvaksin sedikitnya 20 persen dari perkiraan populasi 38 juta jiwa tahun ini, dan 60 persen hingga akhir 2022.
Sumber: Anadolu
Baca juga: China akan kirim 400 ribu dosis vaksin COVID-19 ke Afghanistan
Baca juga: Afghanistan terima pasokan pertama vaksin COVID-19 dari India
Korban tewas akibat ledakan sekolah di Kabul bertambah jadi 50 orang
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021