Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan ada enam faktor yang merupakan indikator pendorong pemulihan ekonomi pada tahun ini maupun tahun depan dari dampak pandemi COVID-19.Kita paham ruang-ruang fiskal perlu juga mempertimbangkan stabilitas
"Enam faktor yang tentu saja kita bisa lihat indikator-indikator itu meskipun di masing-masing faktor ada ketidakpastian dan risiko yang perlu kita cermati," katanya dalam raker dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu.
Faktor pertama adalah adanya pertumbuhan ekonomi global yang membaik sehingga memberikan peluang bagi peningkatan ekspor Indonesia, meski masih terdapat peningkatan ketidakpastian pada pasar keuangan.
Kedua adalah kecepatan progres vaksinasi untuk mendorong konsumsi masyarakat dan mempercepat pembukaan sektor riil seiring dengan dibentuknya berbagai kebijakan reformasi struktural di sektor riil.
"Apakah Undang-Undang Cipta Kerja dan kenaikan produktivitas itu penting untuk mendorong sektor riil kita," ujarnya.
Ketiga adalah keberlanjutan stimulus fiskal untuk mendorong ekonomi Indonesia meski perlu mempertimbangkan stabilitas.
"Kita paham ruang-ruang fiskal perlu juga mempertimbangkan stabilitas," katanya.
Keempat adalah keberlanjutan stimulus moneter dan makroprudensial dengan tetap mempertimbangkan potensi terjadinya perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) pada tahun depan.
Perry memastikan pihaknya akan terus memantau ketidakpastian keuangan global termasuk potensi Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) yang akan mengubah kebijakan moneternya.
Ia menuturkan terdapat potensi The Fed yang mulai mengurangi stimulus moneternya pada tahun depan, bahkan menaikkan suku bunga seiring kenaikan inflasi dan ekonomi di AS yang telah tumbuh tinggi.
"Tentu saja itu ketidakpastian atau risiko yang perlu kita lihat ke depan," tegasnya.
Kelima adalah upaya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mendorong kredit dan pembiayaan.
Faktor terakhir adalah penerapan digitalisasi ekonomi dan keuangan yang di antaranya telah dilakukan Bank Indonesia melalui digitalisasi pada sistem pembayaran.
Perry menyatakan melalui berbagai faktor pendorong serta upaya pencegahan risiko dan ketidakpastian maka pihaknya memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh antara 4,1 persen sampai 5,1 persen.
"Sementara, tahun depan 5 persen sampai 5,5 persen," katanya.
Ia menjelaskan sumber pertumbuhannya meliputi ekspor, investasi yang termasuk penerapan implementasi UU Cipta Kerja, stimulus fiskal, dan konsumsi.
"Konsumsi kami mengonfirmasi bahwa vaksinasi dengan program vaksinasi diharapkan tahun depan juga menjadi pendorong," katanya.
Baca juga: Gubernur BI proyeksikan ekonomi RI tumbuh 5,5 persen tahun depan
Baca juga: BI ubah sistem monitoring transaksi valuta asing terhadap rupiah
Baca juga: BI: Keberhasilan vaksinasi dorong percepatan pemulihan ekonomi
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021