• Beranda
  • Berita
  • Presdir BCA sedih 90 persen produk e-commerce RI adalah barang impor

Presdir BCA sedih 90 persen produk e-commerce RI adalah barang impor

2 Juni 2021 19:25 WIB
Presdir BCA sedih 90 persen produk e-commerce RI adalah barang impor
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja ANTARA/Tangkapan layar BCA/aa. (ANTARA/HO-BCA)

Kalau kita lihat 90 persen lebih produk dari mana? Bukan UMKM kita, ini yang menyedihkan. Itu import goods

Presdir BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan 90 persen lebih produk yang dijual di e-commerce yang terdapat di Indonesia bukan produksi dalam negeri, melainkan produk impor.

"E-commerce di Indonesia ini sudah banyak, ada Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan lain-lain. Kalau kita lihat 90 persen lebih produk dari mana? Bukan UMKM kita, ini yang menyedihkan. Itu import goods," kata Jahja Setiaatmadja dalam webinar digitalisasi UMKM dan sistem pembayaran 2025 yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, UMKM di luar negeri, seperti China, lebih siap dalam memasuki ekosistem ekonomi digital yang sudah merambah pasar global. Sementara UMKM di Indonesia, kata Jahja, masih perlu banyak edukasi dan peningkatan kapasitas dalam produksi, SDM, maupun kualitas produk.

Ia mencontohkan ketika BCA mengadakan UMKM Fest pada Maret 2021 yang diikuti oleh 1.800 UMKM terpilih terlihat UMKM masih perlu banyak bantuan dalam mempersiapkan produk masuk ke ekosistem digital.

Baca juga: Presiden Jokowi : Jangan sampai e-commerce didominasi produk impor

"Yang melatarbelakangi adalah kurangnya digital knowledge dan skill. Memang generasi milenial ada yang berjualan melalui Instagram, Facebook. Ini lumayan, tapi persentase mereka dibandingkan UMKM konvensional masih sedikit," katanya.

Jahja juga menyebut permasalahan lain pada UMKM di Indonesia adalah kurangnya pemahaman keuangan dan belum dikelola secara profesional.

"Kurangnya pemahaman keuangan, UMKM kita banyak berbasis keluarga. Belum banyak UMKM yang menggunakan tenaga profesional, keuangan bisnis dan pribadi campur aduk," katanya.

Dia menyebut UMKM yang bisa mengelola bisnisnya secara profesional dan melek digital lebih bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19.

Jahja berharap semua pemangku kepentingan mendorong produk UMKM ke ekosistem digital agar bisa meningkatkan penjualan UMKM. Ketika omzet UMKM tersebut naik, usaha kian berkembang, Jahja meyakini para pelaku UMKM akan mencari kredit pembiayaan.

Baca juga: Ini yang harus dilakukan UMKM untuk bersaing dengan produk impor



 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021