Huawei Corporate Senior Vice President and Director of the Board Catherine Chen, dalam gelaran virtual "Responsible Business 2021" dari Reuters Evans, melalui keterangannya pada Senin, mengatakan industri seperti TIK telah berada di garis terdepan dengan menyediakan teknologi yang memungkinkan terbangunnya dunia yang lebih hijau.
Baca juga: Huawei MatePad Pro 12.6 dan 10.8 diluncurkan bersama MatePad 11
Penghematan daya berbasis TIK dan pengurangan emisi karbon akan jauh melebihi upaya penghematan energi dan pemangkasan emisi karbon yang berbasis pada TIK hasilnya dinilai akan jauh melampaui pencapaian industri dari upaya-upaya yang telah mereka terapkan selama ini, serta secara signifikan membantu menghemat energi dan mengurangi emisi di seluruh dunia.
“Upaya-upaya dalam mendorong terwujudnya keseimbangan karbon, perekonomian yang terus berputar, penghematan energi, hingga pengelolaan limbah merupakan jantung dalam proses transisi global yang berkesinambungan,” kata Chen.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya upaya memangkas emisi karbon dan membudayakan penggunaan energi terbarukan secara luas. Ia juga menyoroti mengenai penggunaan solusi Huawei Smart PV yang kini telah digunakan secara luas di 60 negara.
Baca juga: Huawei luncurkan jam tangan pintar Watch 3 dan Watch 3 Pro
“Jika digelar secara menyeluruh di pembangkit energi skala besar di darat, solusi-solusi Huawei Smart PV bisa membantu dalam menekan biaya pembangkitan daya hingga 7 persen. Bila digunakan di lokasi-lokasi perusahaan maupun rumah tangga, solusi-solusi tersebut mampu meningkatkan besaran energi yang dihasilkan hingga 2 persen serta memangkas biaya pemakaian energi,” ujar Chen.
Sebagai bentuk tanggung jawab korporasi, Huawei berkomitmen untuk meminimalkan dampak lingkungan dalam produksi, operasi, dan sepanjang siklus produk dan layanannya. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi emisi karbon, mempromosikan energi terbarukan dan berkontribusi terhadap sistem ekonomi yang lebih regeneratif.
Di Indonesia sendiri, Huawei juga telah mengagendakan untuk mewujudkan komitmen ini guna mendukung pembangunan nasional yang berorientasi pada pelestarian lingkungan.
"Di Indonesia, melalui pilar I Do Create dan I Do Contribute yang menjadi bagian penting dari kampanye Huawei I Do yang telah menjadi komitmen kami, Huawei siap mengembangkan dan mengontribusikan beragam solusi untuk berbagai industri di negara ini untuk turut mengurangi emisi karbon dan mengoptimalkan pendayagunaan energi terbarukan di setiap produktivitas mereka," kata Vice President Public Affairs and Communications Huawei Indonesia Ken Qi.
Pada tahun 2020, Huawei bekerja sama dengan 93 dari 100 pemasok utamanya untuk menetapkan target pengurangan emisi karbon. Pembangkit listrik PV di kampus Huawei menghasilkan 12,6 juta kWh listrik. Dari 1,55 miliar kWh energi bersih digunakan mampu mengurangi emisi karbon lebih dari 620 ribu ton.
Huawei juga memperluas program daur ulang perangkat hingga mencakup 48 negara dan wilayah dan mendaur ulang lebih dari 4.500 ton limbah elektronik. Huawei termasuk di antara 5 persen perusahaan yang berada di daftar teratas Carbon Disclosure Project (CDP), tepatnya dari 9 ribu perusahaan yang dinilai oleh CDP atas pengungkapan perubahan iklim mereka pada tahun 2020.
Sementara itu, gelaran virtual "Responsible Business 2021" dihelat untuk menekankan pentingnya perusahaan-perusahaan untuk merombak kembali gagasan dalam menjalankan bisnis mereka.
Perhelatan itu juga sekaligus menjadi platform yang membuahkan langkah nyata sebagai wujud pembaruan dalam cara menjalin kolaborasi dan berinovasi secara terbuka di antara seluruh pemangku kepentingan.
Baca juga: Teknologi Huawei wujudkan sistem keselamatan kerja nihil kecelakaan
Baca juga: GSMA: Lisensi spektrum 6 GHz penting untuk optimalkan 5G
Baca juga: 3 Indonesia resmikan Digital NOC baru, perkuat keandalan jaringan
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021