• Beranda
  • Berita
  • Konsorsium Riset COVID-19: Vaksin Merah Putih bisa menjadi "booster"

Konsorsium Riset COVID-19: Vaksin Merah Putih bisa menjadi "booster"

16 Juni 2021 16:45 WIB
Konsorsium Riset COVID-19: Vaksin Merah Putih bisa menjadi "booster"
Tangkapan layar Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Ismunandar dalam rapat dengar pendapat dengan dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu (16/6/2021). (FOTO ANTARA/ Zubi Mahrofi)

Vaksin Merah Putih dapat sebagai booster atau pendukung vaksin yang sudah ada, karena sampai saat ini belum diketahui vaksin yang sudah diterima sejumlah masyarakat dapat mempertahankan imunitas untuk jangka panjang

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Ismunandar mengemukakan bahwa Vaksin Merah Putih dapat menjadi "booster" atau pendukung vaksin yang sudah ada.

"Apabila Vaksin Merah Putih belum siap dalam waktu dekat, maka Vaksin Merah Putih ini akan menjadi alternatif untuk ketersediaan vaksin di masa depan, baik sebagai 'booster' atau untuk mengantisipasi varian virus baru," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, Vaksin Merah Putih dapat sebagai booster atau pendukung vaksin yang sudah ada, karena sampai saat ini belum diketahui vaksin yang sudah diterima sejumlah masyarakat dapat mempertahankan imunitas untuk jangka panjang.

Ia menambahkan Vaksin Merah Putih juga dapat digunakan untuk mengantisipasi varian virus baru pada masa mendatang.

Dalam kesempatan itu, Ismunandar juga menyampaikan bahwa riset dan pengembangan Vaksin Merah Putih merupakan upaya yang dilakukan anak-anak bangsa demi mewujudkan kemandirian bangsa.

"Kita melakukan ini untuk memenuhi kebutuhan vaksin masyarakat, percepatan pemulihan ekonomi nasional, memanfaatkan isolat virus SARS-Cov-2 yang beredar di Indonesia," katanya.

Ia mengatakan Vaksin Merah Putih masih dalam tahap pengembangan oleh tujuh lembaga dengan berbagai jenis platform serta mitra industri.

Ia menyebutkan tujuh lembaga yang tengah berupaya mengembangkan Vaksin Merah Putih, yaitu LBM Eijkman, Universitas Airlangga, LIPI, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Univeristas Gajah Mada, dan Univeristas Padjadjaran.

Ismunandar memaparkan vaksin yang dikembangkan oleh Eijkman menggunakan platform protein rekombinan, yang berbasis pada mamalia. Eijkman bermitra dengan Bio Farma.

"Diperkirakan uji pra klinis akan dilakukan November 2021, selanjutnya uji klinis Januari - Agustus 2022, dan Emergency Use Authorization ( EUA)-nya diharapkan keluar September 2022," katanya.

Kemudian, Universitas Airlangga mengembangkan platform berbasis inaktivasi virus, dengan mitra industrinya PT Biotis Pharmaceuticals, saat ini sedang melalui tahapan uji praklinis di fasilitas Biotis.

"Diperkirakan 'clinical lots'-nya akan keluar pada tahun ini, dan akan dilanjutkan uji klinis 1-3, kalau semua lancar EUA-nya akan didapat pada Maret 2022, sedikit lebih cepat dari yang dikembangkan Eijkman kalau semuanya lancar," katanya.

Dari LIPI, platform yang dikembangkan mirip dengan Eijkman, namun dilakukan fusi antara RBD dengan Foldon. Mitra industrinya masih dalam penjajakan, dan rencananya akan bekerja sama juga dengan PT Bio Farma.

"Diperkirakan bibit vaksin akan siap pada Agustus 2021, pre klinikal di Januari 2022, dan selanjutnya uji klinis diharapkan April - Desember 2022. Diharapkan mendapat EUA-nya Januari 2023 apabila semuanya lancar," katanya.

Lalu Universitas Indonesia mengembangkan tiga platform, yakni RNA, DNA, dan virus like particles. Untuk mitra industrinya, sedang dilakukan penyelesaian kerja sama dengan PT Etana.

"Bibit vaksin DNA diharapkan keluar Oktober 2021, RNA Januari 2022, dan virus like particles pada Juni 2022. Tahap uji klinis platform DNA pada Januari - Juni 2022, dan EUA Juli 2022. Yang lainnya belum didetilkan lebih lanjut," katanya.

Dari ITB, ada dua platform yang digunakan, yaitu adenovirus dan protein rekombinan. Saat ini sudah berhasil diproduksi dan dalam tahap perbanyakan untuk uji imunogenisitas.

Selanjutnya di UGM yang mengembangkan platform protein rekombinan. Akhir 2021 diperkirakan sudah bisa dilakukan uji imunogenisitas pada mencit.

Sedangkan di Unpad terdapat dua platform, yakni protein rekombinan dan peptida, dan IgY anti-RBD Spike sebagai kandidat vaksin pasif.

"Bibit vaksinnya diperkirakan September tahun ini, uji praklinis diharapkan Oktober 2021, dan diuji klinis tahap 1-3 dan selesai pada September 2022, dan akan mendapatkan EUA pada September 2022," demikian Ismunandar.

Baca juga: Tim peneliti: Vaksin Merah Putih siap digunakan awal 2022

Baca juga: BPOM kawal pengembangan Vaksin Merah Putih sejak awal penelitian

Baca juga: Rektor Unair: Vaksin Merah Putih siap digunakan tahun 2022

Baca juga: BPOM: Vaksin Merah Putih Eijkman produksi massal semester 2 tahun 2022

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021