• Beranda
  • Berita
  • Pandemi COVID-19 berdampak besar pada kaum perempuan di Bali

Pandemi COVID-19 berdampak besar pada kaum perempuan di Bali

16 Juni 2021 21:44 WIB
Pandemi COVID-19 berdampak besar pada kaum perempuan di Bali
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati dalam acara Rakornas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak 2021 di Denpasar, Bali, Rabu (16/6/2021). ANTARA/Devi Nindy

banyak tersentuh akibat dampak ekonomi

Pandemi COVID-19 yang menyebabkan keterpurukan ekonomi mempunyai dampak besar pada kaum perempuan di Provinsi Bali, menurut paparan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati.

"Justru para ibu-ibu, para perempuan yang banyak tersentuh akibat dampak ekonomi ini," ujar Cok Ace dalam acara Rakornas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak 2021 di Denpasar, Bali, Rabu.

Pria yang akrab disapa Cok Ace tersebut mengatakan permasalahan perempuan di Bali sangat beragam, bahkan ada seorang ibu muda yang bunuh diri gara-gara tidak mampu membayar utang akibat pandemi COVID-19.

Ia juga mengungkap satu kasus kriminal yang menimpa anak yang sedang membantu ibunya berjualan di Pasar Kreneng. Anak itu ditodong dan diambil uang serta jualannya di suatu jalan di Denpasar.

Baca juga: Sri Mulyani sebut perempuan lebih rentan terdampak pandemi COVID-19
Baca juga: Menteri PPPA: Perempuan Bali tangguh hadapi pandemi COVID-19


Bahkan menurut Cok Ace, pada peristiwa kebakaran Pasar Blahbatuh, di Kabupaten Gianyar
Pasar Blahbatu Gianyar terbakar, Selasa (15/6/2021) sore.

Artikel ini telah tayang di bali.inews.id dengan judul " Imbas Kebakaran Pasar Blahbatuh Gianyar, Ratusan Pedagang Akan Direlokasi ", Klik untuk baca: https://bali.inews.id/berita/imbas-kebakaran-pasar-blahbatu-gianyar-ratusan-pedagang-akan-direlokasi.


Download aplikasi Inews.id untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
https://www.inews.id/apps, Setempat usaha yang baru-baru ini terjadi.

Selasa (15/6) yang menjadi korban juga para ibu-ibu yang sebagian besar menjadi pedagang. Pada kebakaran itu, 602 pedagang kios yang hampir sebagian besar adalah ibu-ibu telah kehilangan mata pencaharian.

"Mereka berjualan alat-alat upacara yang justru bulan-bulan ini sebenarnya mereka mendapatkan keuntungan lebih baik, karena upacara di bulan Juli ini banyak upacara adat, namun justru mengalami musibah," ungkap Cok Ace.

Dari pandemi ini, kata dia, tidak saja masalah kesehatan yang harus diselesaikan, tetapi juga masalah ekonomi, masalah sosial, dan muncul masalah gangguan keamanan lainnya. "Hal tersebut membuat Provinsi Bali menjadi yang paling terpuruk akibat COVID-19 dari 34 provinsi di Indonesia," katanya.

Cok Ace mengharapkan Rakornas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak 2021 dapat menghasilkan rekomendasi, khususnya untuk pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Bali.

Baca juga: Pemerintah dorong diversifikasi struktur perekonomian Bali
Baca juga: "Work from Bali" dan optimisme bangkit dari pandemi
Baca juga: Wisatawan domestik kunci pemulihan ekonomi pariwisata Indonesia






 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021