Pandemi COVID-19 selama lebih dari setahun ini tidak hanya membuat Provinsi Bali kehilangan nyawa 1.475 penduduknya, namun juga memukul cukup parah sendi-sendi perekonomian yang selama ini mayoritas bergantung pada sektor pariwisata.Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat pada Maret 2021 jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang langsung ke Pulau Dewata hanya tiga orang
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat pada Maret 2021 jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang langsung ke Pulau Dewata hanya tiga orang.
Dengan hanya didatangi langsung tiga wisman melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, dengan kata lain ini menunjukkan kunjungan wisman ke Bali turun 99,99 persen dibandingkan bulan Maret 2020 yang sebanyak 167.461 kunjungan.
Secara kumulatif dari periode Januari hingga Maret 2021, BPS Bali mencatat Bali hanya didatangi 25 wisatawan mancanegara.
Akibat terpuruknya pariwisata Bali karena dampak pandemi, Bali pun tercatat sebagai daerah dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi yang terparah dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia.
Padahal, selama periode 2017 - 2019, ekonomi Bali relatif tumbuh stabil pada kisaran 5 hingga 7,54 persen. Namun pada triwulan IV 2020, kontraksi pertumbuhan ekonomi Bali bahkan menyentuh minus 12,21 persen dan sedikit melandai pada triwulan I 2021 menjadi minus 9,85 persen.
Sementara itu, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan Maret 2021 juga tercatat sangat minim yakni sebesar 10,24 persen.
Jika dibandingkan bulan Maret 2020 (year over year/yoy) yang mencapai 25,41 persen, tingkat penghunian kamar pada bulan Maret 2021 tercatat turun sedalam 15,17 poin. Sementara itu, TPK hotel non bintang tercatat sebesar 5,64 persen, turun 2,05 poin dibandingkan bulan Februari 2021.
Yoy adalah istilah matematis dalam dunia keuangan untuk membandingkan data dalam suatu tahun terhadap data tahun sebelumnya.
Untuk membantu menyelamatkan ekonomi Bali, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan belum lama ini menyampaikan wacana untuk menggencarkan program Work from Bali atau "Bekerja dari Bali" bagi kementerian di bawah koordinasinya, yakni pegawai kementerian akan melakukan pekerjaannya dari Pulau Bali.
Hal ini dinilai Luhut dapat membantu mengoptimalkan pemulihan pariwisata di Bali, khususnya untuk mendorong keterisian hotel di Bali. Pihak Luhut pun sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dukungan penyediaan akomodasi pada kawasan The Nusa Dua Bali belum lama ini.
Nota kesepahaman ini dibuat sebagai upaya mendukung peningkatan pariwisata The Nusa Dua Bali dengan prinsip-prinsip "good corporate governance" dan akan berlaku untuk tujuh kementerian dan lembaga di bawah koordinasi Kemenko Marves.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Bali menyambut baik program "Work from Bali" yang didukung Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) itu.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa berharap dengan hadirnya program Work from Bali, maka perekonomian Bali bisa bangkit lagi.
"Saya kira ini adalah sebagai salah satu di dalam kita 'survival' sebetulnya. Kalau memulihkan itu cukup berat karena pandemi COVID ini memang membatasi orang-orang untuk bepergian. Pesawat-pesawat juga parkir semua, sehingga untuk memulihkan 17,5 juta wisatawan, baik wisatawan mancanegara dan domestik, yang ke Bali, tentu pekerjaan yang sangat berat," kata Astawa.
Oleh karena itu, dia menilai kebijakan Work from Bali yang digagas Menko Luhut Binsar Pandjaitan ini dapat memberikan angin segar. "Walaupun kontribusinya tidak seperti normal, tetapi bagi kami akan bisa menumbuhkan semangat ataupun optimisme dari rekan-rekan kami di pariwisata untuk tidak menjadi frustasi," katanya.
Mantan Kepala Bappeda Provinsi Bali itu menambahkan daerah itu sebelum pandemi memiliki peran penting dalam pariwisata Indonesia karena Bali menjadi pintu gerbang utama pariwisata Indonesia.
Dalam kondisi normal, Bali pun memberikan kontribusi yang signifikan terhadap devisa dan jumlah kunjungan wisatawan. "Kalau kita angkakan dari segi devisa itu tidak kurang dari 41 persen kontribusi devisa kita terhadap nasional. Sedangkan kalau dari jumlah kunjungan, hampir 40 persen ya wisatawan mancanegara kita itu didukung dari Bali," katanya.
Yang tidak kalah penting, pariwisata juga memiliki peranan yang sangat strategis dalam menampung jumlah tenaga kerja. Menurut Astawa, jutaan tenaga kerja yang terlibat di sektor pariwisata, dan mereka tidak hanya berasal dari Bali saja.
Kebut vaksinasi
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho dalam berbagai kesempatan mengatakan program vaksinasi COVID-19 sebagai salah satu "game changer" perekonomian Bali.
Pihaknya memprediksi ekonomi Bali akan mulai tumbuh positif pada triwulan II-2021, sehingga diharapkan secara keseluruhan tahun 2021 perekonomian diperkirakan tumbuh positif.
Optimisme terhadap pertumbuhan positif didukung oleh perkiraan tercapainya target vaksinasi yang disertai dengan menurunnya kasus COVID-19, sehingga mengembalikan aktivitas ekonomi di berbagai sektor, termasuk aktivitas konsumsi, investasi, kinerja fiskal ekspor dan impor.
Menurut dia, perhatian yang penuh dari pemerintah pusat dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat harus diapresiasi dengan pelaksanaan vaksinasi secara sungguh-sungguh untuk mencapai "herd imunity" sebagai persyaratan penanganan COVID-19 yang baik.
Semakin cepat Bali bisa menyelesaikan vaksinasi COVID-19 dan mencapai kekebalan atau imunitas kelompok 70 persen, akan membuat wisatawan lebih percaya diri berkunjung ke Pulau Dewata.
"Jadi, implementasi vaksinasi dan sinergi kebijakan nasional dan daerah, mendorong momentum perbaikan ekonomi Bali di tahun 2021. Optimisme konsumen dan pelaku usaha seiring dengan pelaksanaan program vaksinasi yang berjalan ontrack mendorong keberlanjutan perbaikan ekonomi di Provinsi Bali," kata Trisno.
Di sisi lain, kesabaran pelaku pariwisata untuk terus menjaga citra Bali sebagai pusat pariwisata Indonesia harus di-support dengan dukungan moral, perhatian penuh, kemudahan dan jika perlu dukungan finansial melalui program program Pemulihan Ekonomi Nasional, pinjaman daerah dan dukungan lainnya.
Sambil mengantisipasi pemulihan kinerja pariwisata dan kedatangan wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik, suatu hal yang bijaksana dilakukan, kata Trisno, dengan membuka kesempatan sektor-sektor potensial non-pariwisata seperti sektor ekonomi kreatif, sektor pertanian dan sektor pendidikan.
Dalam meningkatkan kekebalan imunitas masyarakat guna mencegah penularan dan munculnya kasus baru COVID-19, Gubernur Bali Wayan Koster pun mengatakan pihaknya terus melakukan upaya serius melalui percepatan program vaksinasi berbasis banjar (dusun) di seluruh Kabupaten/Kota se-Bali.
Gubernur Bali juga berupaya keras melakukan koordinasi dan komunikasi secara intensif dengan Menteri Kesehatan RI sehingga Bali memperoleh jumlah dosis vaksin yang terus meningkat.
Cakupan vaksinasi COVID-19 di Provinsi Bali hingga Senin (17/5) untuk dosis pertama telah mencapai 1,027 juta dosis. Sedangkan dosis kedua sudah diberikan sebanyak 417.632 dosis.
Provinsi Bali sudah mendapat total pasokan 2.223.180 atau 2,2 juta dosis vaksin COVID-19 dari pemerintah pusat. Ini setelah Bali kembali mendapat pasokan 250 ribu dosis vaksin AstraZeneca dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada Kamis (20/5).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr I Ketut Suarjaya mengatakan sebelum mendapat tambahan 250 ribus dosis vaksin pada 20 Mei lalu, Bali sudah mendapat pasokan 1.973.180 dosis vaksin hingga 18 Mei 2021. Rinciannya, Vaksin Sinovac sebanyak 1.264.180 dosis dan Vaksin AstraZeneca 709.000 dosis.
Dengan pasokan 250.000 dosis vaksin yang diterima beberapa hari lalu itu langsung distribusikan ke kabupaten/kota se-Bali, untuk percepatan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 guna menciptakan herd immunity (kekebalan komunal). "Hal ini juga mengejar target 70 persen atau 3 juta dari total 4,3 juta penduduk Bali tervaksinasi," katanya.
Meskipun sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19, Suarjaya mengingatkan masyarakat untuk tetap tertib dan disiplin menerapkan pola hidup sehat dan bebas COVID-19 dengan 6M yaitu Memakai masker standar dengan benar, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Mengurangi bepergian, Meningkatkan imun tubuh, dan Mentaati aturan.
Selanjutnya membatasi jumlah peserta, selalu berhati-hati, dan penuh kewaspadan dalam setiap penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, adat, agama, seni, budaya, dan sosial serta kegiatan kemasyarakatan lainnya.
Baca juga: Pariwisata lesu, uang beredar di Bali anjlok 55 persen pada triwulan I
Baca juga: Kemenparekraf buat kajian 25 persen ASN "Work From Bali"
Baca juga: KAHMI Bali dorong pemerintah pusat realisasikan "Work From Bali"
Baca juga: Kemenko Marves ungkap alasan di balik kebijakan Work From Bali
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021