Hal ini, menurut Srikandi, sejalan dengan program pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI, yang ingin menghubungkan setidaknya 50 persen dari total 64,2 juta UMKM secara digital (digitally on-board).
"Pemerintah menggalakkan betul-betul bagaimana UMKM bisa beralih ke pasar online. Bagi saya pribadi, langkah untuk digitalisasi market harus diambil, cepat ambil langkah di marketplace," kata Srikandi kepada ANTARA, ditulis pada Kamis.
Wanita yang tergabung dalam binaan UMKM PT Telkom Indonesia itu tak mengelak bahwa memang tidak mudah bagi pegiat UMKM lokal untuk segera terhubung ke ekosistem ekonomi digital.
Selain faktor konektivitas hingga literasi digital, tantangan terbesar adalah bahan baku dan pengemasan yang memakan waktu lama, terutama di tempat tinggalnya di Labuan Bajo, NTT.
"Salah satunya adalah kesulitan bahan baku dan packaging karena didatangkan dari luar. Misalnya kain, sampai terigu, itu memakan waktu berhari-hari untuk sampai ke Labuan Bajo. Mungkin itu yang membuat kita kalah bersaing dengan daerah lain seperti di Jawa dan Bali," ujarnya.
Hal tersebut secara otomatis akan membuat produk memiliki harga yang sedikit lebih mahal. Namun, menurut Srikandi, harga yang mahal tentu tidak akan menjadi masalah bagi pembeli apabila produk tersebut memiliki kualitas dan kreativitas yang baik.
"Meski harga mahal, kalau produknya punya ikon dan warna tersendiri dari tempat asalnya, tentu akan baik juga. Saya coba memasarkan di marketplace dan media sosial, itu hasilnya bagus juga. Sekali pembeli mencoba, mereka akan coba lagi produk baru kita jika kualitasnya bagus," paparnya.
Lebih lanjut, Srikandi mengatakan penting bagi pemerintah untuk menggandeng UMKM agar mampu berkolaborasi di bidang digitalisasi. Usahanya sendiri ia sebut telah bersinergi dengan PT Telkom Indonesia untuk digitalisasi pasar dan pemasaran daring (online/digital marketing).
"Ada beberapa kolaborasi tentang itu. Pemerintah melalui Kemeparekraf dan Kemenkop UKM mengajarkan kami tentang digitalisasi marketing. Hanya saja, di produk makanan masih terbilang sulit untuk dipasarkan di marketplace, beda dengan produk fesyen," kata Srikandi.
Ia kemudian berpesan kepada sesama pelaku UMKM untuk terus beradaptasi dengan perubahan yang beredar, dan jangan sampai ketinggalan informasi tentang tren terkini.
"Kita harus fokus, berani, dan jangan putus asa. Jangan jadikan COVID-19 ini sebagai 'setan' yang mematikan kita. Kita jadikan dia sebagai 'malaikat' yang membangkitkan kita," pungkasnya.
Baca juga: Gernas BBI Labuan Bajo buka peluang UMKM NTT masuk pasar digital
Baca juga: Gernas BBI diharapkan bisa berkelanjutan dukung UMKM lokal
Baca juga: BPOLBF siapkan empat strategi pulihkan kunjungan wisata ke Labuan Bajo
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021