"Santri tidak hanya wajib paham kitab kuning, teknologi harus dikuasai pula," kata Ali Ramdhani yang juga Guru Besar di Bidang Teknologi Informasi ini saat mengisi kuliah umum "Peluang dan Tantangan Pendidikan Islam di Era Disrupsi", di Ma'had Aly Hasyim Asyari, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Sabtu.
Ramdhani menambahkan perdebatan antara peradaban dan teknologi di dunia barat dan timur terus terjadi. Bagi ilmuwan barat, temuan peralatan teknologi melahirkan peradaban baru. Namun ilmuwan timur berpendapat peradaban yang melahirkan teknologi.
"Tidak penting itu siapa yang benar. Yang jelas santri yang menguasai teknologi, dialah santri yang menguasai peradaban," ujar Ramdhani.
Ia menambahkan generasi yang hidup pada masa sekarang dan masa depan, seperti santri Ma'had Aly ini juga memerlukan kepiawaian membaca masa depan dengan baik. Orang seperti inilah yang nantinya akan menjadi pemilik masa depan. Terlebih lagi saat ini masih pandemi COVID-19.
Baca juga: Masuk ponpes, santri Tebuireng Jombang wajib tes usap
Dirinya juga mengatakan penguasaan teknologi di satu sisi harus seimbang dengan dengan penguasaan pendidikan karakter. Untuk itu, pendidikan karakter santri bisa menjadi penyeimbang dari derasnya arus teknologi yang terkadang tidak mendukung pembangunan karakter.
Santri pun diharapkan tidak melepaskan diri dari kemajuan zaman yang di dalamnya ada teknologi.
Ramdhani juga mengingatkan peran yang tidak kalah penting di era teknologi adalah guru. Tantangan di Indonesia yang sesungguhnya dan kunci berada di guru pendidikan, sebab guru dituntut tidak sekadar menciptakan orang pintar, tetapi untuk mentransformasi, mengubah, bukan hanya kemampuan kognitifnya tapi pendidikan.
"Instrumen untuk transformasi-transformasi karakter budaya sikap dan sepenuhnya bisa dimainkan oleh guru," terangnya.
Sebelum menyampaikan kuliah umum, putra Prof Cecep Syarifuddin (mantan Ketua PBNU era K.H. Abdurrahman Wahid) ini diterima oleh pengasuh K.H. Abdul Hakim Mahfudz di Ndalem Kasepuhan serta berziarah ke makam Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang makamnya di area pondok.
Acara seminar tersebut juga tetap mematuhi protokol kesehatan. Para peserta harus mengenakan masker dan mencuci tangan sebelum masuk ruangan. Selain itu, tempat duduk pun juga dibuat dengan jaga jarak, demi mengantisipasi penyebaran COVID-19.
Baca juga: Pesantren Tebuireng Jombang pulangkan santri
Baca juga: Kembali ke ponpes, santri baru Tebuireng Jombang wajib tes cepat
Baca juga: Tebuireng setelah kepergian Gus Sholah
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021