Ribuan santri dari Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, diwajibkan membawa dokumen "rapid test" atau tes cepat saat kembali ke pondok, guna memastikan kesehatan mereka.Ada juga wali santri yang sangat antusias untuk memberangkatkan anaknya ke pondok, sampai melakukan uji swab karena hasil 'rapid test' anaknya reaktif. Setelah dilakukan uji swab, Alhamdulillah hasilnya ternyata negatif COVID-19
"Dokumen 'rapid test' tetap kami syaratkan sebagai instrumen penapisan awal. Alhamdulillah, kesadaran para calon santri dan wali santri cukup tinggi," kata Juru Bicara Gugus Tugas Pesantren Tangguh Tebuireng Jombang Nur Hidayat di Jombang, Senin.
Hidayat mengatakan banyak wali santri yang intensif mencari informasi terkait dengan persyaratan anak-anaknya saat hendak kembali masuk ke pondok. Termasuk jika hasil tes cepat anak mereka yang dinyatakan.
Untuk kasus seperti itu, lanjut dia, Gugus Tugas Pesantren juga menyarankan agar mereka tinggal di rumah dulu sementara waktu dan menunggu jadwal gelombang berikutnya. Dengan itu, diharapkan mereka bisa segera sehat dan bisa kembali ke pondok.
"Ada juga wali santri yang sangat antusias untuk memberangkatkan anaknya ke pondok, sampai melakukan uji swab karena hasil 'rapid test' anaknya reaktif. Setelah dilakukan uji swab, Alhamdulillah hasilnya ternyata negatif COVID-19. Jadi yang bersangkutan diperkenankan berangkat ke pondok," katanya.
Ia juga memahami kondisi wali murid guna memastikan kesehatan santri yang hendak kembali ke pondok. Kondisi tersebut menandakan adanya kerinduan yang kuat dari para orang tua terhadap pendidikan pesantren untuk putra-putri mereka.
"Jadi posisi pesantren melayani kehausan spiritual masyarakat. Dengan tetap berusaha mematuhi protokol kesehatan dan pendekatan spiritual, semoga para santri baru tersebut tetap sehat dan mulai menjalankan adaptasi kebiasaan baru di pesantren," kata Nur Hidayat.
Baca juga: 100 hari wafatnya Gus Sholah diperingati daring Pesantren Tebuireng
Baca juga: 19 santri Ponpes Gontor sembuh dari corona
Sementara itu, sebanyak 1.389 santri baru Pesantren Tebuireng Jombang sudah mulai karantina mandiri sejak Minggu (30/8). Selama 14 hari ke depan, para santri tersebut akan menjalani program karantina sebelum diperkenankan memasuki asrama pesantren.
"Mereka adalah santri baru yang telah lolos seleksi penerimaan pada akhir Desember 2019 dan awal tahun 2020 lalu. Mereka datang sesuai jadwal yang ditetapkan pengurus pada 30 Agustus kemarin," kata Nur Hidayat.
Santri baru tersebut, lanjut dia, dikarantina di beberapa lokasi terpisah antara lain di Kampus B dan C Universitas Hasyim Asy'ari, Kampus Ma'had Aly Hasyim Asy'ari, kompleks MTs, SMP, dan SMA serta kompleks Pesantren Sains Tebuireng 2 di Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.
Berbeda dengan gelombang pertama yang terdiri dari kelas akhir serta telah datang pada 20 Juli dan 15 Agustus lalu. Para santri baru tersebut nantinya juga akan mendapatkan materi orientasi tentang kepesantrenan.
"Selain pembiasaan kegiatan ubudiyah ala santri, selama masa karantina mereka akan diajak memahami materi terkait adaptasi kebiasaan baru. Juga belajar cara menulis pegon sebagai bekal mengaji kitab kuning," katanya.
Pengurus Pesantren Tebuireng Jombang berharap masa karantina juga memberi manfaat dan nilai lebih serta bekal awal sebelum santri masuk ke asrama mereka dan menjalani rutinitas kegiatan kepesantrenan, demikian Nur Hidayat.
Baca juga: Pesantren Tebuireng Jombang siapkan lima lokasi karantina santri
Baca juga: 27 santri Gontor sembuh dari COVID-19 dan kembali ke pondok
Baca juga: Meneropong penerapan panduan protokol COVID-19 di pondok pesantren
Baca juga: Santri Pesantren Tebuireng dipulangkan untuk cegah penularan COVID-19
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020