• Beranda
  • Berita
  • Kampus harus siapkan tim siaga COVID-19 saat kuliah tatap muka

Kampus harus siapkan tim siaga COVID-19 saat kuliah tatap muka

23 Juni 2021 19:16 WIB
Kampus harus siapkan tim siaga COVID-19 saat kuliah tatap muka
Prosesi wisuda di Universitas Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan yang merapkan protokol kesehatan secara ketat. (ANTARA/Firman)
Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan kampus harus menyiapkan tim siaga COVID-19 saat kuliah tatap muka diberlakukan.

"Selain telah dilakukan vaksinasi bagi tenaga pendidik dan kependidikan, hal lain yang juga perlu diingatkan dan sangat penting pembentukan Tim Kampus Siaga COVID-19 di seluruh perguruan tinggi," kata dia di Banjarmasin, Rabu.

Tim Kampus Siaga COVID-19 bertujuan menjaga ketahanan kampus terutama di bidang kesehatan serta mempercepat penanganan melalui sinergi antar fakultas, jurusan, prodi, unit, bagian dan lembaga.

Kemudian meningkatkan pencegahan penyebaran COVID-19 melalui kesiapan dan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons terhadap potensi penularan COVID-19 baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen dan tenaga kependidikan lainnya.

Baca juga: Pakar: Masker dobel dapat cegah penularan COVID-19 varian Delta

Baca juga: Waspadai COVID-19 varian Delta dari mobilitas masyarakat Pulau Jawa


"Kampus siaga terhadap kejadian wabah merupakan program yang dilaksanakan secara holistik, komprehensif dan bersinambung. Program ini sejatinya merupakan program kesehatan komunitas yang dilaksanakan secara terus menerus namun dengan intensitas sesuai dengan keadaan," katanya.

Syamsul memaparkan beberapa kegiatan yang harus dilakukan Tim Kampus Siaga COVID-19, antara lain pemantauan melalui sistem pengawasan untuk setiap populasi berisiko di antaranya pengukuran suhu tubuh dan pemeriksaan kesehatan, sistem pencatatan dan dokumentasi hingga simulasi kesiapsiagaan COVID-19 di kampus.

Dalam konteks penularan, kata dia, juga harus diperhatikan domisili kampus yang merupakan daerah epicentrum (zona merah) atau zona-zona lainnya.

Menurut Syamsul, interaksi perjalanan dari warga kampus merupakan risiko transmisi yang bisa terjadi sampai kepada masyarakat luas.

"Termasuk interaksi dengan masyarakat luas adalah calon-calon mahasiswa yang datang dari berbagai penjuru Indonesia, bahkan mahasiswa asing ke kampus tersebut," ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.*

Baca juga: Pakar: Meningkatnya COVID-19 pada anak harus jadi perhatian serius

Baca juga: Testing COVID-19 harus masif seiring tingginya mobilitas momen lebaran

Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021