SMAN 8 Balikpapan, Kalimantan Timur telah menciptakan silabus dan buku muatan lokal sendiri setelah guru dan murid-muridnya sukses melakukan konservasi mangrove di sekitar sekolahnya.
"Dari keberhasilan kami konservasi mangrove, kami buat silabus agar bisa dibawa ke dalam kelas. Tadinya hanya untuk kegiatan relawan, kami guru berempat berpikir kita bawa ke kelas jadi muatan lokal," kata guru biologi SMA Negeri 8 Kota Balikpapan Rugun Parhusip dalam webinar "Edukasi Restorasi Ekosistem Mangrove" diakses dari Jakarta, Kamis.
Rugun yang merupakan Koordinator Relawan Mangrove SMAN 8 Kota Balikpapan itu mengatakan silabus yang mereka ciptakan lantas dikembangkan menjadi buku mangrove. Meski dirinya menganggap tidak begitu sempurna seperti harapan masyarakat, tetapi mereka bangga bisa menggunakannya sendiri untuk mengajak murid-murid di sana mau melakukan konservasi mangrove.
Baca juga: KKP bangun lagi pusat terumbu karang, kali ini di Maratua Kaltim
Dengan keberhasilan mereka memotivasi pemuda dan pemudi SMAN 8 dan masyarakat sekitar sudah banyak penghargaan diperoleh, bahkan pada 2020 pemerintah daerah memberikannya penghargaan sebagai pelopor lingkungan di sana. Mereka, menurut Rugun, juga sudah diajak melakukan studi banding untuk melihat konservasi mangrove yang dilakukan di Bali, Surabaya dan Tarakan.
Penghargaan juga diberikan bukan hanya karena mereka mampu membuat silabus untuk mengkonservasi mangrove, tetapi juga karena dianggap berhasil merekrut relawan yang merupakan anak-anak muda dan masyarakat sekitar untuk mau ikut melakukan rehabilitasi hutan mangrove di Kelurahan Margomulyo, Kota Balikpapan.
"Anak-anak zaman sekarang mungkin sulit diajak turun ke lumpur, tapi bagi SMAN 8 mereka sangat eksis," ujar dia.
Menurut Rugun, ada empat jenis mangrove yang mereka tanam dan rawat di sana sejak 2007, dan kini ada yang memiliki tinggi hingga 15 meter dan ada yang memiliki lingkar batang 20-30 sentimeter (cm). Dulu tidak ada satwa yang berdiam di sana kecuali tumpukan sampah, namun sekarang ikan, kepiting, tripang, kerang, bahkan bekantan yang merupakan satwa endemik di Kalimantan sudah datang ke hutan mangrove seluas tiga hingga lima hektare yang mereka rawat.
"Sudah kedatangan bekantan. Dengan datangnya ke kelurahan ini, kami bangga karena habitat mangrove sudah kembali ke fungsi sebenarnya. Hewan endemik Kalimantan dan penghuni mangrove sudah kembali," ujar dia.
Baca juga: Peneliti sebut konflik lahan jadi kendala rehabilitasi mangrove kritis
Peneliti Balai Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Virni Budi Arifanti mengatakan hutan mangrove memiliki banyak sekali manfaat dan informasi tersebut memang sangat perlu disebarkan ke generasi muda.
Karenanya, menurut dia, peneliti-peneliti BLI KLHK juga sudah membantu sekolah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, untuk membuat kurikulum mangrove untuk siswa SD dan SMP. Cara itu perlu terus didorong supaya generasi muda Indonesia bisa lebih menyadari betapa besar manfaat merawat hutan mangrove.
Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3,31 juta hektare (ha), menjadi terluas di dunia atau sekitar 20 persen luas mangrove dunia. Namun, 637.000 ha lahan tersebut kritis, sehingga pemerintah merehabilitasinya seluas 17.000 ha di 2020 lalu dan menargetkan rehabilitasi mangrove 150.000 ha per tahun dapat dilakukan dari 2021 sampai dengan 2024.
Baca juga: Ibu dan generasi muda punya peran strategis kelola mangrove
Baca juga: Peneliti jelaskan dampak rusaknya mangrove untuk emisi karbon
Baca juga: Peneliti: Mangrove berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021