Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan menyiapkan 90 persen tempat tidur untuk pasien COVID-19 pada pertengahan Juli 2021.
Hal itu untuk mengantisipasi kemungkinan adanya lonjakan pasien rawat inap karena virus corona (COVID-19) di DKI Jakarta usai libur panjang.
"Di sini ada 409 tempat tidur dan sebenarnya ini adalah rumah sakit umum (bukan RS khusus penanganan COVID-19). Dengan adanya lonjakan ini, 90 persen kami dedikasikan untuk pelayanan COVID-19," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Mohammad Syahril dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.
Syahril mengatakan, sejak adanya COVID-19 hingga hari ini, RSUP Persahabatan sudah mendedikasikan 55 persen tempat tidurnya untuk pelayanan COVID-19.
Ia menjelaskan, 32 tempat tidur di antaranya sebagai Unit Perawatan Intensif (Intensive Care Unit/ ICU) dan 165 tempat tidur non-ICU yang berfungsi seluruhnya sebagai ruang isolasi.
"Harapannya, kami akan mencapai 90 persen di akhir Juli atau pertengahan Juli," kata Syahril.
Untuk memenuhi target alokasi sebesar 90 persen tempat tidur khusus pasien COVID-19 itu, menurut Syahril, dibutuhkan alokasi sebesar 380 tempat tidur yang 50 di antaranya akan berfungsi sebagai ruang ICU.
Baca juga: Tingkat keterisian tempat tidur RSPI Sulianti Saroso capai 96 persen
RSUP Persahabatan berencana menambah jumlah tempat tidur secara bertahap dengan mengubah tempat tidur yang ada agar dapat digunakan khusus untuk pasien COVID-19.
"Ini bertahap karena perubahan ruangan perawatan yang biasa menjadi ruangan isolasi tentu saja membutuhkan teknis-teknis agar ruangan itu memenuhi persyaratan isolasi," kata Syahril.
Seperti halnya di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, kata Syahril, RSUP Persahabatan pun membutuhkan tambahan tenaga, terutama tenaga perawat dan dokter.
"Kami membutuhkan tambahan 150 perawat dan 14 dokter," kata Syahril.
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso itu juga menyampaikan harapannya agar kelak mereka yang dirujuk ke RSUP Persahabatan hanya pasien dengan kondisi gejala sedang hingga berat.
Jangan sampai karena begitu paniknya masyarakat dengan lonjakan kasus ini, lalu sebagian besar masyarakat mengunjungi langsung ke kedua rumah sakit tersebut ketika gejala penyakit yang dirasa masih ringan menuju sedang.
"Jangan yang baru gejala ringan tahu-tahu dibawa ke rumah sakit kayak RSPI. Karena kasihan nanti orang-orang yang membutuhkan perawatan untuk kasus yang bergejala sedang dan berat," ujar Syahril.
Baca juga: Jakpus tambah sentra vaksinasi di Johar Baru dan Cempaka Putih
Sebagai antisipasi tersebut, pihaknya sudah membuat Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dan Sistem Informasi Rujukan Rumah Sakit Terintegrasi (Sisrute).
"Ini dibuat dengan harapan RSUP Persahabatan maupun RSPI Sulianti Saroso hanya menerima rujukan kasus yang berat dan kritis," kata Syahril.
Namun bila ternyata terjadi lonjakan kasus yang tinggi ke depannya, RSPI Sulianti Saroso dan RSUP Persahabatan sudah menyiapkan tenda untuk dipasang di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Tenda bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tersebut diperkirakan bisa menampung sekitar 50 pasien. "Itu dipasang untuk mengurai tumpukan-tumpukan pasien yang harus kami layani dengan segera," kata Syahril.
Selanjutnya, tidak semua pasien yang datang ke RSUP Persahabatan harus dirawat di RSUP Persahabatan, tapi ada yang harus dirujuk ke RS yang terdekat.
"Hal itu karena kondisi gejala COVID-19 yang dialami pasien tidak berat, tapi ringan masuk ke sedang. Maka akan kami rujuk ke RS di sekitar RSUP Persahabatan," kata Syahril.
Baca juga: Anies optimalkan 267 Posko PPKM kelurahan untuk tekan COVID-19
Syahril mengatakan, pelayanan non-COVID-19 di RSPI Sulianti Saroso sudah tidak dibuka lagi, baik rawat jalan maupun IGD.
Begitu juga untuk di RSUP Persahabatan, IGD sudah tutup untuk pelayanan non-COVID-19. RSUP Persahabatan hanya membuka layanan rawat jalan bagi pasien-pasien kronis yang selama ini harus diberikan perawatan secara rutin.
Kemudian untuk obat, menurut Syahril, RSPI Sulianti Saroso maupun RSUP Persahabatan masih cukup persediaannya untuk dua sampai tiga bulan ke depan, termasuk Alat Pelindung Diri (APD).
Untuk oksigen, ia juga sudah memastikan kepada pihak pemasok, dalam hal ini PT Samator untuk menjamin ketersediaan oksigen saat ini maupun sampai nanti masa lonjakan kasus ini selesai.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021