DEN dorong pengembangan energi rendah karbon

29 Juni 2021 08:22 WIB
DEN dorong pengembangan energi rendah karbon
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1 Mwp yang dimiliki Institut Teknologi Sumatera (Itera) dan menjadi percontohan pengembangan energi terbarukan di tingkat nasional. Kamis, (25/6/2021). ANTARA/Dian Hadiyatna/HO.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mengatakan kebijakan energi rendah karbon menjadi komitmen pemerintah dalam menurunkan angka emisi gas rumah kaca skala nasional dalam sembilan tahun ke depan.

"Untuk mendorong hal itu perlu mengembangkan teknologi agar energi fosil bisa ramah lingkungan dengan teknologi carbon capture pada minyak dan gas bumi. Pada batu bara dengan coal gasification dan coal liquefaction," kata Satya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Selasa.

Penerapan carbon capture mampu mengurangi emisi gas rumah kaca secara masif serta meningkatkan produksi minyak dan gas bumi.

Baca juga: Realisasikan ekonomi hijau, DEN: Perlu sosialisasi dan edukasi RUU EBT

Teknologi itu merupakan rangkaian pelaksanaan proses mulai dari pemisahan dan penangkapan karbon dioksida dari sumber emisi gas buang, pengangkutan karbon dioksida tersangka menuju tempat penyimpanan, dan penyimpanan ke tempat aman.

Beberapa produk yang dapat dihasilkan dari kegiatan carbon capture antara lain hidrogen, amonia, besi, baja, dan semen.

Sementara itu, teknologi gasifikasi merupakan proses konversi batu bara menjadi produk gas salah satunya dimetil eter yang dapat digunakan untuk bahan bakar maupun bahan baku industri kimia.

Ada pun teknologi likuifaksi adalah proses konversi batu bara menjadi produk cair sebagai bahan bakar kerosin dan solar.

“Komitmen nasional terkait perubahan iklim yaitu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030 sesuai Nationally Determined Contribution," kata Satya.

Dia menambahkan secara paralel perlu mendorong pengembangan energi baru terbarukan karena potensinya yang besar, dan memerlukan dukungan teknologi agar harga energi bersih itu semakin kompetitif.

Baca juga: DEN: Impor solar distop, energi terbarukan hemat APBN triliunan rupiah

Selain itu, perilaku masyarakat juga perlu berubah untuk mengontrol kenaikan suhu bumi dengan cara menghemat pemakaian bahan bakar mengingat Indonesia termasuk negara yang mempercayai perubahan iklim.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021