Lembaga pemikir bidang energi dan lingkungan Institute fo Essential Services Reform (IESR) memandang pembiayaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap mampu menciptakan peluang bisnis bagi koperasi.Skema pembiayaan PLTS atap yang menarik menjadi suatu peluang bagi lembaga keuangan termasuk koperasi,
Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR Marlistya Citraningrum mengatakan skema pembiayaan menarik dan terjangkau masih sulit ditemukan karena perusahaan penyedia layanan PLTS atap baru bekerja sama dengan bank saja.
"Skema pembiayaan PLTS atap yang menarik menjadi suatu peluang bagi lembaga keuangan termasuk koperasi," kata Marlistya dalam keterangannya di Jakarta, Salasa.
Baca juga: Realisasi bauran EBT capai 13,55 persen hingga April 2021
Sejak 2018, IESR menggelar studi pasar tentang pembangkit listrik tenaga surya di berbagai kota, seperti Jabodetabek, Surabaya, tujuh kota di Jawa Tengah, dan tiga kota di Bali.
Hasil survei itu menunjukkan ada beragam potensi pasar PLTS di masing-masing kota tersebut.
Di Jabodetabek sebanyak 13 persen responden termasuk dalam kategori early followers dan early adopters. Mereka memiliki pengetahuan tentang PLTS atap dan secara finansial mampu untuk membelinya.
Kelompok itu hanya perlu informasi komprehensif yang mencakup teknologi PLTS atap, prosedur pemasangan, juga penyedia jasa pemasangan PLTS atap.
Kelompok early followers dan early adopters punya jumlah yang cukup banyak di berbagai kota antara lain Surabaya 19 persen, Jawa Tengah 9,6 persen, dan Bali 23,3 persen.
Baca juga: Kementerian ESDM punya delapan strategi pengembangan EBT
Hal menarik lain dari survei pasar tersebut adalah masalah harga masih menduduki peringkat kedua dari pertanyaan yang paling sering diutarakan calon konsumen.
Pertanyaan tentang penghematan adalah hal yang paling sering ditanyakan calon konsumen.
"Fenomena itu menunjukkan harga masih menjadi pertimbangan utama calon konsumen PLTS atap," kata Marlistya.
Dia menjelaskan ada tiga peluang yang dapat diambil koperasi untuk ikut serta dalam skema pembiayaan PLTS atap tersebut.
Pertama, peluang menjalin kerja sama dengan perusahaan jasa pemasangan PLTS dan menyediakan skema pembiayaan.
Kedua, peluang berjualan produk PLTS sekaligus menyediakan skema pembiayaan. Ketiga, peluang menyediakan skema pembiayaan sekaligus layanan purna jual.
"Hal ini tentu harus dilihat sebagai peluang bagi koperasi untuk mengembangkan programnya," kata Marlistya.
Chairperson Yayasan Inisiatif Dagang Hijau Fitrian Ardiansyah mengungkap penyataan senada bahwa pembiayaan PLTS atap akan menjadi salah satu ceruk bisnis bagi koperasi ke depan.
“Ekonomi hijau itu terbentuk di tingkat masyarakat lokal, koperasi adalah lembaga keuangan yang pas untuk menjemput bola pada peluang ini,” kata Fitrian.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021