• Beranda
  • Berita
  • Menlu RI dorong G20 bangun multilateralisme untuk hadapi pandemi

Menlu RI dorong G20 bangun multilateralisme untuk hadapi pandemi

29 Juni 2021 20:13 WIB
Menlu RI dorong G20 bangun multilateralisme untuk hadapi pandemi
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat mendampingi Presiden RI Joko Widodo mengikuti rangkaian KTT G20 hari kedua, melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (22/11/2020) malam. ANTARA/Biro Pers Setpres/aa./Handout Biro Pers Sekretariat Presiden.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mendorong negara-negara Kelompok 20 (G20) untuk membangun multilateralisme dan pemerintahan yang baik guna menghadapi tantangan pandemi COVID-19, pemulihan ekonomi, dan ketahanan pangan.

“Saya dorong seluruh negara G20 untuk mengatasi perbedaan, membangun kesatuan. Build bridges, not wall (membangun jembatan, bukan tembok pembatas—red),” kata Retno saat menyampaikan pernyataan pers virtual mengenai pertemuan para menlu G20 dari Italia, Selasa.

Menurut Retno, G20 harus dapat berfungsi sebagai katalis untuk memperkuat multilateralisme dan mengirim pesan tunggal bahwa dunia harus maju bersama.

Salah satu contoh isu yang ia paparkan adalah mengenai vaksin, yang merupakan barang publik global (global public goods), sehingga dalam pengembangan dan distribusinya membutuhkan komitmen multilateral agar mampu mencukupi kebutuhan global secara merata.

“Komitmen multilateral yang perlu ditingkatkan antara lain adalah untuk tiga hal, yaitu melakukan berbagi dosis lebih banyak lagi melalui COVAX, mendukung TRIPS waiver melalui WTO, dan menyediakan pendanaan untuk menutup kekurangan dana ACT-Accelerator,” tutur Retno, menjelaskan.

Selain itu dalam isu perdagangan, Menlu RI menjelaskan bahwa semangat multilateralisme juga diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif yang dapat dinikmati semua negara.

Ia mendorong agar kemitraan global dapat diterjemahkan menjadi kerja sama konkret, dengan mengatasi perbedaan yang ada secara damai. Dalam hal ini, G20 diharapkan dapat menjadi pemersatu dalam memajukan masa depan yang inklusif, hijau dan lestari. 


“Yang harus dihindari adalah pendekatan ‘one size fits all’ (satu kebijakan cocok untuk semua—red), tetap memberikan policy space (keleluasaan kebijakan—red), dan menyediakan bantuan bagi yang memerlukannya,” kata Retno.

Lebih lanjut, Retno juga menegaskan bahwa G20 harus dapat melakukan revitalisasi institusi multilateral sehingga lebih responsif dan adaptif terhadap perubahan, lebih memperhatikan proses pengambilan keputusan yang adil, sehingga menjadi lebih relevan dengan perkembangan dunia yang sangat cepat. 


Tahun depan, Indonesia akan memegang keketuaan G20. Menlu RI memaparkan bahwa presidensi Indonesia akan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan stabilitas ekonomi, meningkatkan produktivitas, memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif, serta menciptakan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan. 


“Sejalan dengan jati diri bangsa Indonesia, semua itu akan kita lakukan secara inklusif. Indonesia ingin membuat 
G20 bermakna, tidak hanya bagi anggotanya, melainkan seluruh negara di dunia,” kata Retno.

Kelompok 20 ekonomi terbesar dunia itu terdiri dari Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Uni Eropa, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat

Pertemuan G20 tahun ini di bawah presidensi Italia berfokus pada penguatan multilateralisme, tata kelola global, ketahanan pangan dan pemulihan berkelanjutan di negara-negara berkembang, terutama di tengah pandemi COVID-19.

Baca juga: Menlu Retno berkunjung ke Italia untuk hadiri pertemuan G20
Baca juga: Bersama G20, Menlu RI dorong kepemimpinan global hadapi COVID-19
Baca juga: Menlu Retno juga bertemu menlu Australia bahas kerja sama lawan terorisme

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021