Keberhasilan Swiss menjungkalkan tim juara dunia Prancis dan Republik Ceko menahbiskan status sebagai tim pembawa sial bagi Belanda tentu menjadi dua sorotan utama dalam rangkaian 16 besar Euro 2020.
Namun, terapi kejut yang dirasakan Italia saat menghadapi Austria juga tentunya tidak boleh dilewatkan begitu saja atau hujan delapan gol yang mengguyur Stadion Parken di Kopenhagen kala Spanyol menyingkirkan Kroasia.
Berikut adalah momen-momen pilihan Antara dalam delapan pertandingan babak 16 besar Euro 2020.
Kelanjutan dongeng Denmark di Amsterdam
Sebagaimana dikatakan sang pelatih Kasper Hjulmand, Amsterdam adalah rumah kedua bagi bintang-bintang sepak bola Denmark era modern, termasuk Christian Eriksen yang kolaps terkena serangan jantung saat melakoni laga pembuka melawan Finlandia di Grup B.
Bintang jebolan Amsterdam lainnya, Kasper Dolberg, menyedot porsi paling banyak lampu sorot ketika Johan Cruijff Arena jadi panggung 16 besar antara Denmark kontra Wales.
Dolberg --jebolan akademi Ajax yang terbuang-- membuktikan bahwa ia masih punya taji lewat dua gol yang dilesakkannya ke gawang Wales untuk membantu Denmark menang 4-0.
Baca juga: Menang besar 4-0, Denmark ke perempatfinal Euro 2020
Dongeng Denmark menorehkan prestasi demi Eriksen berlanjut dan jika mengingat kisah tim dinamit menjuarai Euro 1992 sebagai kejutan, tentu saja Dolberg dkk menegaskan mereka tidak boleh diremehkan siapapun.
Peringatan bagi Mancini
Italia memasuki babak 16 besar dengan kepercayaan diri tinggi, tapi harapan Roberto Mancini agar Gli Azzurri memberi penampilan berkelas di Wembley nyaris diruntuhkan ketika Marko Arnautovic menjebol gawang Gianluigi Donnarumma pada babak kedua, beruntung VAR hadir sebagai penyelamatan.
Skor kacamata memaksa laga dilanjutkan ke babak tambahan dan Federico Chiesa mampu memecahkan kebuntuan untuk Italia pada menit ke-95, sebelum Matteo Pessina menggandakannya sepuluh menit berselang.
Sasa Kalajdzic sempat membuat Austria menciptakan momentum kebangkitan. Italia tetap menang 2-1 dan melangkah ke perempat final, tapi gol Kalajdzic menyudahi tren nirbobol mereka di 12 pertandingan sebelumnya.
Baca juga: Dua gol babak tambahan bawa Italia ke perempatfinal Euro 2020
Jika Austria yang notabene tim debutan babak gugur Euro bisa membuat Italia kewalahan, ini jelas peringatan bagi Mancini yang selanjutnya bakal bertemu tim peringkat satu dunia, Belgia.
Selanjutnya De Ligt gagal ...
De Ligt gagal menjawab kritik
Matthijs de Ligt jadi sasaran kritik legenda Belanda, Marco van Basten, setelah penampilannya melawan Austria dinilai tak mampu membayar berbagai euforia di sekitar bek jebolan Ajax yang kini berseragam Juventus itu.
Boleh jadi De Ligt tidak menjadikan kritik itu beban baginya, tapi kartu merah yang diterimanya saat Belanda menghadapi Ceko di 16 besar tidak bisa dibantah adalah momen pembeda bagi kedua tim.
Setelah De Ligt meninggalkan lapangan, 10 pemain Belanda kewalahan menghadapi Ceko yang menang berkat gol-gol Tomas Holes dan Patrik Schick.
Baca juga: Ceko singkirkan 10 pemain Belanda menuju perempat final
Sekali lagi, Ceko menjadi kerikil di dalam sepatu Belanda yang membuat mereka kesulitan melangkah dan buntutnya Frank de Boer menanggalkan kursi pelatih kepala Tim Oranye.
Hazard bersaudara copot mahkota Portugal
Penampilan Hazard bersaudara, Eden dan Thorgan, adalah sorotan utama ketika Belgia mampu mengalahkan Portugal sekaligus mencopot mahkota juara bertahan dari tim besutan Fernando Santos itu.
Eden sang kakak main begitu ngotot hingga meringis dibekap cedera pada menit-menit akhir, sedangkan Thorgan si adik melepaskan tembakan menukik gemilang untuk membawa Belgia menang dalam laga 16 besar di Sevilla.
Baca juga: Thorgan Hazard yakin kakaknya pulih untuk bela Belgia hadapi Italia
Nyaris satu dekade lamanya Belgia disebut-sebut punya generasi emas, tapi status itu tak kunjung membuahkan trofi kecuali dan prestasi peringkat satu dunia tidak menyumbangkan piala apapun di lemari trofi Pasukan Setan Merah.
Belgia sejauh ini sudah bisa meredam kejutan dari Denmark di fase penyisihan grup dan menumbangkan tim yang dianggap sama kuat dalam diri Portugal, saatnya Roberto Martinez melanjutkan langkah maju generasi emas ini saat bertemu Italia.
Baca juga: Belgia pastikan Portugal gagal pertahankan gelar juara Piala Eropa
Selanjutnya hujan delapan gol
Hujan delapan gol di Kopenhagen
Siapa sangka laga Kroasia vs Spanyol yang dibuka dengan gol bunuh diri kiper Unai Simon akan berujung menjadi hujan delapan gol di Kopenhagen.
Spanyol yang seolah mengirit tabungan gol mereka di babak penyisihan grup melesakkan tiga gol untuk berbalik memimpin, hanya untuk dipaksa memainkan babak tambahan karena kelengahan di menit-menit akhir.
Pada akhirnya Alvaro Morata menjawab keraguan, kritik bahkan ancaman kekerasan yang diterimanya dengan mencetak gol di babak tambahan sebelum Mikel Oyarzabal mengunci kemenangan Spanyol 5-3.
Baca juga: Alvaro Morata akhirnya bungkam semua kritik
Tambahan lima gol di Kopenhagen membuat Spanyol kini sukses menyarangkan 11 gol ke gawang lawan-lawannya, tim besutan Luis Enrique yang sempat diguyur kritik mandul malah jadi tim paling produktif jelang perempat final melawan Swiss.
Ekspektasi tinggi Prancis dimanfaatkan Swiss
Prancis memasuki turnamen dengan ekspektasi tinggi berstatus juara dunia serta kehadiran bintang muda buruan klub elit Kylian Mbappe, tapi justru Swiss yang berhasil memanfaatkan beban di pundak sang lawan demi menciptakan kejutan terbesar turnamen ini.
Baca juga: Juara dunia Prancis tumbang di tangan Swiss lewat adu penalti
Dwigol Karim Benzema dan sebuah gol cantik Paul Pogba sepertinya akan membawa Prancis meraih kemenangan nyaman, tapi Swiss memberi pukulan lewat gol kedua Haris Seferovic serta gol dramatis Mario Gavranovic tepat di pengujung waktu normal.
Selepas kedudukan 3-3 tak berubah hingga 2x15 menit babak tambahan rampung, sembilan algojo kedua tim sukses menyarangkan bola ke gawang secara bergantian.
Hingga tiba akhirnya giliran Mbappe, yang namanya sempat dibanding-bandingkan dengan Pele, tapi tendangan penaltinya begitu mudah dibaca dan dimentahkan kiper Yann Sommer yang bersorak bersama rekan-rekannya serta pendukung Swiss menorehkan sejarah untuk pertama kalinya melangkah ke perempat final Euro.
Baca juga: Kylian Mbappe minta maaf gagal dalam adu penalti
Selanjutnya penebusan dosa Southgate
Penebusan dosa Southgate
Tepat 25 tahun dan tiga hari yang lalu, Gareth Southgate gagal melakoni tugasnya sebagai algojo keenam Inggris dalam adu penalti melawan Jerman dalam semifinal Euro 1996 di Wembley.
Di lokasi yang sama, Southgate menebus dosanya dengan memimpin Inggris yang menang 2-0 atas Jerman berkat gol-gol Raheem Sterling dan Harry Kane.
Kengototan Southgate menurunkan Sterling dan Kane sepanjang turnamen tidak pernah luput dari hujan kritik, tapi ketiganya mampu menjawab itu semua dengan memberikan rasa bahagia bagi publik tuan rumah yang meninggalkan stadion.
Baca juga: Sterling, Kane antar Inggris lewati Jerman di babak 16 besar
Inggris-nya Southgate juga menjadi satu-satunya di antara seluruh tim delapan besar Euro ini yang belum merasakan gawang mereka kebobolan.
Penutupan dramatis dari Ukraina
Rangkaian 16 besar Euro 2020 sudah penuh berbagai drama emosional dan Ukraina menutupnya dengan cara yang tidak kalah dramatis.
Diuntungkan berkat kartu merah Marcus Danielsson sejak menit kesembilan babak tambahan, Ukraina mengunci kemenangan pada menit pertama injury time babak tambahan kedua lewat gol sundulan Artem Dobvyk.
Baca juga: Gol dramatis babak tambahan pastikan Ukraina kalahkan 10 pemain Swedia
Andriy Shevchenko boleh jadi dihinggapi sedikit kekecewaan karena gagal mengkonversi penalti saat menghadapi Swiss dalam 16 besar Piala Dunia 2006 walaupun Ukraina tetap melangkah ke babak perempat final.
15 tahun kemudian, Shevchenko dan ramuannya membuat Ukraina mencatatkan sejarah untuk pertama kalinya tampil di perempat final Euro.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021