"Dalam dunia ketenagakerjaan, kita menghadapi satu fenomena yang dikenal adalah mismatch dalam pasar kerja, artinya ketidaksesuaian antara namanya demand dengan supply, permintaan dengan ketersediaan," katanya dalam acara diskusi virtual tentang sistem informasi pasar kerja nasional yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
Ia juga mengemukakan adanya ketidaksesuaian vertikal dan horisontal di pasar kerja.
Menurut dia, ketidaksesuaian vertikal terjadi ketika seseorang bekerja tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya. Misalnya seorang sarjana mengerjakan tugas yang mestinya dapat dikerjakan oleh lulusan sekolah menengah atas.
Sedangkan ketidaksesuaian horisontal mencakup ketidakcocokan antara latar belakang pendidikan dengan pekerjaan yang dilaksanakan. Contohnya, orang dengan latar belakang pendidikan medis mengerjakan tugas kearsipan.
"Dua hal ini yang sampai saat ini menurut saya menjadi tantangan bagi kita semua, terutama adalah terkait dengan dunia ketenagakerjaan," kata Anwar.
Menurut Anwar, meski tidak sepenuhnya salah ketidaksesuaian vertikal maupun horisontal di dunia kerja merupakan pemborosan dalam pengembangan kompetensi sumber daya manusia karena apa yang sudah diajarkan tidak bisa dipraktikkan secara optimal.
Di samping masalah ketidaksesuaian antara permintaan dengan suplai, ia mengemukakan, tantangan pasar kerja yang lain adalah percepatan transisi menuju digitalisasi pekerjaan di semua sektor yang terjadi akibat pandemi COVID-19, yang memaksa orang bekerja dari jarak jauh.
"Ini satu isu yang akan terus kita garap karena memang menjadi sebuah fenomena baru terkait dunia ketenagakerjaan," demikian Anwar.
Baca juga:
Kemnaker siapkan rancangan pengembangan sistem informasi pasar kerja
Kemnaker petakan kebutuhan pasar kerja untuk program Kartu Pra-Kerja
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021