Dia mengatakan peran pengurangan masalah stunting di Indonesia hingga 14 persen di 2024 bukan hanya tugas pemerintah, dalam hal ini oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
"Tetapi juga menjadi tanggung jawab kita bersama semua masyarakat akademik di perguruan tinggi kaum cerdik pandai dengan ilmu dan pengalaman yang dimilikinya, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti," ujar Ari dalam sambutannya dalam. Seminar Hari Keluarga Nasional 2021 secara daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: BKKBN libatkan asosiasi profesor bahas solusi stunting di Indonesia
Ari mengatakan para profesor yang tergabung dalam API memiliki 24 klaster kajian, di mana salah satunya untuk penanganan stunting. Klaster-klaster diantaranya pendidikan, filsafat dan agama, serta berbagai klaster kajian lainnya dikerahkan untuk penanganan permasalahan di Indonesia.
Menurut dia, klaster pencegahan dan penanggulangan stunting dan klaster ketahanan keluarga memiliki peran sentral. Namun permasalahan stunting, kata Ari, merupakan permasalahan multidimensi yang dapat didekati dari berbagai sudut pandang keilmuan.
"Dengan demikian peran para Profesor lintas disiplin ilmu sangat penting untuk ikut andil menyumbangkan pikirannya mengatasi permasalahan stunting di negeri ini," ujar dia.
Ari mengatakan berdasarkan laporan statistik pendidikan tinggi terdapat 6.243 profesor atau guru besar aktif di Indonesia pada tahun 2019.
"Keberadaan Profesor ini semestinya menjadi aset dan potensi bangsa yang dapat didayagunakan ikut berkontribusi melalui sumbangan pemikiran, untuk memecahkan permasalahan bangsa, salah satunya permasalahan stunting di Indonesia," ujar dia.
Baca juga: BKKBN: Perjuangan otonomi tubuh turunkan kematian ibu hingga stunting
Baca juga: Menko PMK: Pemda bisa saling berbagi pengalaman atasi stunting
Baca juga: Wapres minta BKKBN dan K/L capai target penurunan "stunting"
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021