Pada periode enam bulan pertama itu, terjadi tren yang cukup positif. Perlahan namun pasti, penjualan kendaraan bermotor mulai merangkak naik.
Data yang dikeluarkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan adanya peningkatan penjualan kendaraan roda empat.
Baca juga: Penjualan mobil baru Indonesia turun 30,5 persen
Baca juga: DFSK berharap insentif dari pemerintah Indonesia
Sepanjang Januari hingga Mei, penjualan pabrik ke diler (wholesales) mobil telah mencapai 320.749 unit. Realisasi tersebut meningkat 29,17 persen (yoy) dibandingkan tahun lalu, di mana penjualan wholesales mobil di periode yang sama tahun 2020 sebanyak 248.309 unit.
Hal tersebut tentu tidak terlepas dari adanya kebijakan pemerintah untuk industri kendaraan bermotor yang tertuang dalam PMK No 20/PMK 010/2021 dan Kepmenperin No 169 Tahun 2021 tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP)
Sejak kebijakan relaksasi PPnBM DTP 100 persen diberlakukan pada awal Maret, terjadi lonjakan penjualan kendaraan bermotor yang signifikan. Penjualan mobil baru pada Maret 2021 berjumlah 84.910 unit, naik 72,6 persen dibanding dengan Februari yang berjumlah 49.202 unit.
Sementara pada Mei, jumlah penjualan mobil baru sebesar 54.815 unit. Meski mengalami penurunan, tetapi angka tersebut tetap jauh lebih tinggi dibanding penjualan mobil di bulan Mei tahun sebelumnya sebesar 3.551 unit.
"Semester satu agak tertolong dengan adanya stimulus pembebasan PPnBM. Stimulus pembebasan PpnBM sangat membantu menaikkan angka penjualan dan produksi," ujar Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto kepada ANTARA.
Rapor hijau pada semester I 2021 membangkitkan optimisme pelaku industri otomotif Tanah Air. Semua pihak tentu berharap gulir roda perekenomian itu dapat terus melaju kencang hingga akhir tahun nanti.
Namun, apakah harapan tersebut dapat terwujud? Mengingat tantangan yang dihadapi pada semester II cukup berat. Lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi belakangan ini, apabila tidak segera dikendalikan, dapat berdampak terhadap daya beli masyarakat.
Tekanan lonjakan COVID-19
Indonesia saat ini tengah menghadapi situasi yang sulit akibat kembali meningkatnya kasus pandemi COVID-19.
Penyebaran COVID-19 mengalami tren kasus yang meningkat di berbagai daerah. Pemerintah pusat lalu menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, khususnya di Pulau Jawa dan Bali selama dua minggu, terhitung sejak 3 hingga 20 Juli 2021.
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan PPKM Darurat berpotensi memberikan tekanan lebih berat pada semua sektor bisnis di daerah Jawa-Bali, termasuk sektor otomotif.
Terlebih, jika kebijakan itu terpaksa harus diperpanjang hingga lebih dari satu bulan. Hal tersebut, kata dia, akan membuat masyarakat masuk ke dalam ketidakpastian dan keraguan serta suasana psikologis yang paranoid.
"Pembatasan aktivitas masyarakat akan membatasi pula aktivitas konsumsi mereka dan seluruh rantai ekonomi yang berkorelasi dengannya," kata Yannes.
Dampaknya, ucap Yannes, tren peningkatan penjualan otomotif yang sudah membaik di semester pertama berpotensi mengalami tekanan yang lebih dalam lagi dan memperpanjang resesi ekonomi.
"Tidak ada kepastian apakah setelah PPKM Darurat 2 minggu penyebaran COVID-19 akan mereda," kata dia.
Adapun Jongkie mengatakan pemberlakuan PPKM Darurat memberikan dampak tersendiri bagi sektor otomotif, terutama pada sisi penjualan dan produksi.
Kendati demikian, dia memastikan para pelaku di sektor otomotif tetap memberikan dukungan atas kebijakan pemerintah tersebut. Dia berharap lonjakan kasus COVID-19 dapat segera mereda sehingga PPKM Darurat dapat segera berakhir.
"Kami berharap bahwa pandemi COVID-19 ini dapat segera mereda sehingga PPKM darurat ini jangan terlalu lama, sehingga angka-angka penjualan dan produksi dapat kembali meningkat di semester II," ujar Jongkie.
Vaksinasi COVID-19 yang sedang digencarkan oleh Pemerintah saat ini disertai kedisiplinan masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan juga diharapkan mampu segera meredakan situasi pandemi COVID-19.
Perpanjangan relaksasi
Di tengah lonjakan kasus COVID-19 yang masih belum diketahui kapan akan mereda, perlu ada langkah-langkah luar biasa agar roda perekonomian tetap bergerak laju di Semester II 2021.
Langkah tersebut telah dilakukan oleh Pemerintah melalui keputusan memperpanjang fasilitas PPnBM DTP 100 persen untuk penjualan mobil 4x2 di bawah 1.500 cc hingga bulan Agustus 2021.
Kebijakan tersebut diambil setelah pemerintah melihat tren positif penjualan mobil selama pemberlakuan relaksasi PPnBM DTP sejak awal Maret hingga Mei lalu.
Yannes optimis, perpanjangan insentif PPnBM DTP 100 persen akan mendongkrak penjualan kendaraan di tengah kondisi pandemi COVID-19 yang tak menentu pada semester II.
"Jika pada Agustus sudah dapat tertangani dengan baik, dan kondisi penyebaran COVID-19 menunjukkan tren menurun, sehingga PPKM darurat dihentikan, maka jika dan hanya jika PPnBM 100 persen diperpanjang kembali lah baru ekonomi masyarakat dapat mulai bertumbuh kembali serta daya belinya untuk otomotif dapat meningkat kembali," ucap Yannes.
Direktur Pemasaran dan Penjualan serta Inovasi Bisnis PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy menilai perpanjangan insentif PPnBM 100 persen merupakan bentuk dukungan pemerintah yang akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan pasar otomotif saat ini.
Billy yakin dukungan insentif dari pemerintah itu akan berdampak positif terhadap penjualan Honda di semester II 2021.
"Dengan dukungan insentif ini, kami optimis tren positif penjualan akan tetap bertahan di semester II, namun kami akan terus memantau perkembangan kondisi pasar yang saat ini masih belum stabil," ucap dia kepada ANTARA.
Dia percaya pemerintah saat ini tengah berjuang untuk menekan kasus penyebaran COVID-19 dengan tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Hal senada dikemukakan Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy. Dia menilai dukungan pemerintah tersebut akan memberikan efek domino yang positif untuk pelaku industri serta seluruh bidang usaha pendukung seperti perusahaan finansial dan asuransi.
Terkait proyeksi industri otomotif di semester II, Anton menilai masih perlu melihat perkembangan ke depan karena akan banyak faktor yang mempengaruhi. "Tapi harapannya tentu secara total pencapaian di tahun ini bisa lebih baik dibandingkan tahun kemarin," ujar dia.
Perkembangan kendaraan listrik
Semester II 2021 juga masih akan diwarnai dengan perkembangan kendaraan listrik. Tidak seperti kendaraan konvensional yang sedang meningkat, tren kendaraan listrik pada enam bulan ke depan diperkirakan tidak akan menguat secara signifikan.
Yannes menilai berbagai rencana kebijakan untuk kendaraan listrik tampaknya masih akan terhambat oleh tekanan luar biasa pandemi COVID-19. Menurut dia, perjalanan kendaraan listrik Indonesia ke depannya masih panjang, tetapi secara perlahan akan maju dan meningkat.
"Karena Indonesia akan menjadi salah satu penghasil baterai terbesar dunia yang harusnya dapat membuat harga baterai kendaraan listrik yang notabene mencapai 30-60 persen dari harga jual kendaraan dapat lebih murah untuk pasar dalam negeri, walaupun investor-investor raksasa yang masuk adalah modal luar negeri," ucap dia.
Ke depan, Yannes berharap pemerintah mengeluarkan aturan yang dapat meningkatkan semangat investor dalam negeri untuk membangun industri kendaraan listrik di Indonesia.
"Ini perlu keberpihakan yang jelas dan tegas, agar pasar Indonesia yang akan semakin besar dan prediksi ekonom dunia yang akan menempatkan Indonesia menjadi negara kelima terkaya dunia pada tahun 2040-2045 nanti tidak hanya menjadikan Indonesia lagi-lagi hanya sebagai pasar netto industri kendaraan listrik dunia," pungkas dia.
Baca juga: Penjualan mobil daring diharapkan bisa dongkrak minat beli masyarakat
Baca juga: BMW akan hentikan penjualan mobil listrik i3 di AS, kenapa?
Baca juga: Penjualan mobil listrik VW ID4 tidak sesuai harapan
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021