"Saat ini, sistem pendidikan di seluruh dunia terdampak pandemi. Lebih dari 190 negara menutup sekolah secara nasional. Selama masa ini, konektivitas di rumah memastikan pembelajaran dapat berlangsung untuk setidaknya 100 juta dari 1,6 miliar siswa putus sekolah di seluruh dunia," tulis laporan tersebut, dikutip pada Selasa.
Baca juga: Nokia tandatangani pakta lisensi paten dengan Samsung
Lebih lanjut, penutupan sekolah yang dilakukan sementara telah mengubah pandangan mengenai perlunya konektivitas sekolah guna mendukung pembelajaran dan menjembatani pendidikan serta mengurangi kesenjangan digital.
Tenaga kerja dengan pendidikan yang cukup baik berkesempatan untuk menjadi pribadi inovatif dan mampu menghasilkan ide-ide terobosan, yang pada akhirnya, dapat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
Akses internet di sekolah juga dapat membantu memberikan kesempatan setara kepada siswa dalam bentuk peningkatan pembelajaran dan keterampilan, yang pada akhirnya membuka akses ke jalur karir baru dan mutu hidup yang lebih baik, sehingga dapat menguntungkan setiap orang maupun masyarakat pada umumnya.
World Economic Forum Global Competitiveness Index (2017) dan World Bank Human Capital Index (2017) menunjukkan hubungan yang jelas antara akses internet dengan mutu pendidikan.
Analisis EIU menunjukkan bahwa apabila konektivitas sekolah di suatu negara meningkat 10 persen, maka PDB per kapitanya pun meningkat sebesar 1,1 persen.
Meskipun tingkat penetrasi internet dunia telah meningkat secara substansial dari 17 persen pada 2005, persentase penetrasi ini masih berada di tingkat moderat, hanya sedikit di atas 50 persen pada 2021, dan tidak merata di seluruh wilayah.
Di Nigeria, Afrika Barat, laporan tersebut menemukan bahwa peningkatan konektivitas sekolah ke tingkat Finlandia dapat meningkatkan PDB per kapita hampir 20 persen - dari minimum 550 dolar AS per orang, menjadi 660 dolar AS per orang pada 2025.
Laporan tersebut juga mengatakan, terdapat empat langkah utama untuk menciptakan perubahan.
Pertama adalah strategi kemitraan dengan institusi umum/swasta yang menyeluruh. Lalu, aksesibilitas dan keterjangkauan, menggunakan internet dan alat digital dalam pendidikan, dan memberikan perlindungan anak-anak di internet.
Laporan ini juga menyarankan agar para pemimpin sektor publik, swasta dan LSM di seluruh dunia dapat menciptakan dampak besar guna menjembatani kesenjangan digital dengan menggabungkan kekuatan agar konektivitas internet menjadi kenyataan global bagi anak-anak sekolah di segala usia.
Ericsson mengimbau para pemangku kepentingan untuk mendukung upaya Giga (inisiatif konektivitas sekolah yang didirikan UNICEF dan International Telecommunication Union) melalui tindakan, seperti, pendanaan, data sharing, technological expertise dan tatanan model bisnis berkelanjutan untuk konektivitas.
Baca juga: Konsumen Indonesia tertarik pindah ke 5G
Baca juga: Ericsson: 5G percepat transformasi digital Indonesia
Baca juga: Ericsson luncurkan Radio 6626 untuk tingkatkan kapasitas FDD 5G
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021