Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro mengatakan proses yang lancar akan berdampak terhadap proses estafet pengelolaan Blok Rokan, sehingga PHR dapat menjalankan kegiatan produksi dengan baik, mengingat hampir tidak ada perubahan infrastruktur selain manajemen.
“Harapannya dengan proses yang lancar tersebut berdampak terhadap proses produksi Blok Rokan pasca-diambil alih,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan dukungan semua pemangku kepentingan, terutama dari pemerintah serta mitra PHR menunjukkan suasana kondusif menjelang peralihan pengelolaan pada 8 Agustus 2021.
Baca juga: Menteri ESDM saksikan alih kelola pembangkit Rokan dari Chevron ke PLN
Dalam proses alih kelola Blok Rokan dari CPI, PHR menyiapkan sembilan program transisi, yaitu bidang transisi pemboran, kontrak barang dan jasa, human capital, SOP, perizinan dan environment, serta IT dan petroteknikal. Selain itu data transfer, pembangkit listrik, chemical & EOR, dan pasokan gas.
Komaidi mengapresiasi sikap CPI sebagai KKKS sebelumnya yang kooperatif, salah satu indikasinya adalah alih SDM yang hampir sebagian besar ke PHR dan berjalan lancar. Namun, lanjut dia, tantangan ke depan PHR adalah mempertahankan volume produksi. Apalagi secara umum blok migas habis masa kontrak sudah mengalami penurunan produksi yang signifikan.
“Pekerjaan rumah umumnya hanya untuk mempertahankan produksi. Jika bisa menaikkan produksi, itu bonus,” katanya.
Ia menekankan internal PHR harus memahami Blok Rokan adalah salah satu kontributor utama dalam produksi minyak nasional hingga 25 persen dan di masa silam, Blok Rokan memberi kontribusi minyak lebih dari 400 ribuan barel per hari. Namun kini turun menjadi 60-an ribu barel per hari.
Baca juga: Menteri ESDM: Keandalan listrik Blok Rokan akan perkuat migas nasional
“Secara otomatis kinerja Blok Rokan akan menjadi perhatian publik dan para stakeholder pengambil kebijakan,” ujarnya.
Dia berharap manajemen PHR harus siap dalam banyak hal. Tidak hanya masalah teknis bisnis, tetapi juga aspek-aspek lain yang kemungkinan akan menyertainya.
“Salah satunya adalah diperbandingkan dengan lapangan alih kelola lainnya yang dilakukan Pertamina,” katanya.
Sementara itu Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan Jaffee A Suardin menyampaikan hingga saat ini PHR telah menyiapkan segala kebutuhan agar proses alih kelola ini berjalan lancar dan pihaknya menerapkan upaya maksimal agar bisa langsung tune in dengan tim eksisting.
Baca juga: Proyek pipa minyak Blok Rokan capai 71,3 persen
"Untuk proses mirroring seluruh kontrak eksisting sudah mencapai lebih dari 100 persen dari 291 kontrak. Juga dilakukan pengadaan baru dan kontrak melalui program Local Business Development (LBD) yang saat ini masih berproses dengan lancar. Proses alih pekerja, sebagai aset terpenting juga berjalan baik, tercatat 98,7 persen telah melengkapi dan mengembalikan aplikasi termasuk perjanjian kerja sesuai waktu yang ditentukan," ujarnya.
Selain itu guna mempertahankan dan meningkatkan produksi migas Blok Rokan, PHR merencanakan pengeboran 84 sumur pengembangan pada 2021 ditambah sisa sumur CPI. PHR juga mempersiapkan lebih kurang 270 sumur di tahun 2022. Ini adalah WK migas dengan investasi jumlah sumur terbanyak.
Terkait pengeboran sumur, juga disiapkan tambahan 10 rig pemboran sehingga secara total 6 rig pemboran serta 29 rig untuk kegiatan Work Over & Well Service yang merupakan mirroring dari kontrak sebelumnya.
Baca juga: Pertamina akan rekrut seluruh pekerja Blok Rokan
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021