"Posisi prone bisa membantu menaiKkan saturasi oksigen dalam tubuh. Namun, kita tetap harus memperhatikan berapa target oksigen minimal pasien," kata dia melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa.
Meski prone bisa membantu menaikkan saturasi, menurut dia, jika masih terlalu jauh dari target saturasi minimal, maka tetap membutuhkan tambahan oksigen.
Astari menjelaskan posisi prone dianjurkan untuk memaksimalkan fungsi paru bagian belakang atau yang berada pada bagian punggung. Pasalnya, saat tidur dalam posisi terlentang fungsi paru di bagian punggung cenderung kurang bekerja secara maksimal.
Baca juga: Pakar: Tidur tengkurap untuk terapi pasien COVID-19 yang sesak napas
Dengan melakukan posisi prone, kata dia, diharapkan dapat memudahkan daerah paru di belakang mengambil oksigen sehingga dapat meningkatkan suplai oksigen dalam tubuh.
"Dengan posisi tengkurap bisa membuka area-area paru di belakang yang luasannya lebih besar dibanding bagian depan sehingga memudahkan dalam mengambil oksigen dan menaikkan saturasi," kata dia.
Ia menyebutkan ada tiga posisi prone yang bisa dilakukan, yakni posisi tengkurap dengan meletakkan bantal di area leher, panggul, serta kaki, posisi tidur menyamping dengan meletakkan bantal di kepala, pinggang, dan kaki, serta posisi tidur bersandar pada tumpukan bantal. Masing-masing posisi dilakukan selama 30 menit.
Kendati bisa membantu pasien sesak napas, menurut dia, posisi proning tidak disarankan untuk beberapa orang seperti perempuan hamil, pasien dengan trombosis vena, pasien dengan gangguan jantung, serta patah tulang panggul.
Baca juga: Gejala baru COVID -19 "happy hypoxia" ditemukan di Bengkayang-Kalbar
Baca juga: Mengenal proning dan kegunaannya untuk pasien COVID-19
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021