"Wilayah tersebut tergabung dengan wilayah Indopasifik dan telah dikaji bahwa 55 persen ikan-ikan terumbu juga berada di sana. Sehingga penting bagi berbagai pihak untuk melalukan konservasi bagi biota laut. Mengingat ancaman eksploitasi makin meningkat seperti overfishing dan polusi," ujar Hawis menurut keterangan resmi IPB University diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut Hawis, Indonesia berada hampir sempurna pada posisi tengah segitiga terumbu karang yang terkenal sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Dengan spesies terumbu karang berjumlah hampir 76 persen berada disana dan 37 persen ikan berlokasi di tempat yang sama.
Baca juga: Menparekraf dukung restorasi terumbu karang untuk pulihkan ekonomi
Untuk kondisi terumbu karang di Indonesia sendiri, sekitar 30 persen memiliki tutupan karang lebih dari 50 persen atau dinilai sangat baik. Sisanya, sebanyak 70 persen memiliki tutupan karang kurang dari 50 persen berdasarkan survei Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) pada 2020.
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB University itu mengatakan bahwa kondisi terumbu karang di Indonesia bergantung pada letak geografisnya. Perbedaan utamanya terletak pada persentase penutupan, terutama di bagian barat tekanannya sangat tinggi.
Oleh karena itu, cara mengatasinya yakni dengan pengelolaan yang baik dan upaya meningkatkan kondisi terumbu karang yang buruk.
"Dengan adanya kondisi tekanan tersebut, berpengaruh besar pada komponen utama dalam ekosistem karang, dimana pertumbuhannya sangat lambat. Terumbu karang bahkan membutuhkan ratusan tahun untuk menjadi rumah bagi biota laut dan bagi asosiasi organisme dan melindungi dari daerah-daerah pantai. Sehingga, upaya transplantasi perlu dilakukan untuk menyokong ekosistem terumbu karang yang sehat," jelasnya.
Baca juga: Pakar IPB: Kolaborasi jadi kunci penting untuk teliti terumbu karang
Kriteria yang perlu dipertimbangkan wilayah lokasi dan cara mengkombinasikan dengan modul rehabilitasi karang untuk restorasi. Media transplantasi karang salah satunya dapat menggunakan Biorock, Reefball, BioReefTek, media jaring, media besi atau logam, atau PVC.
Faktor penentu rehabilitasi dengan transplantasi karang sendiri tidak hanya bergantung pada metodenya, tapi juga agenda pengawasan yang berkelanjutan dan efektif.
Selain itu, perlu adanya metode-metode tambahan seperti teknologi eDNA untuk melakukan biomonitoring untuk mengestimasi dan mendata terumbu karang yang telah ditransplantasi. Hal ini karena menggunakan survei secara visual kadang tidak terlalu akurat.
Dengan teknologi itu dapat mengungkapkan spesies asli, introduksi, dan invasif pada tahap awal transplantasi karang sebagai sistem peringatan dini dalam pengawasan.
Baca juga: Pakar IPB jelaskan peran peran penting segitiga terumbu karang
Baca juga: LIPI: Degradasi terumbu karang di Teluk Ambon dampak pembukaan lahan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021