“Kita semua ingin ada semacam dokumentasi perjalanan reformasi perpajakan,” kata Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo di Jakarta, Rabu.
Suryo menjelaskan buku ini berisi perjalanan reformasi perpajakan jilid III yakni mulai 2016 sampai 2021 dengan sedikit menyertakan kisah reformasi perpajakan jilid-jilid sebelumnya.
Reformasi perpajakan jilid III dimulai sejak adanya amnesti pajak, pembentukan Tim Reformasi Perpajakan sampai pembentukan Tim Pelaksana Pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan (PSIAP).
Baca juga: Menkeu: Reformasi perpajakan atasi tantangan perkembangan global
Menurutnya, reformasi perpajakan harus dilakukan mengingat pajak merupakan tulang punggung sebuah negara sehingga sistem administrasi perlu terus diperbaiki.
Terlebih lagi, ia menuturkan disrupsi teknologi digital turut menuntut DJP untuk meningkatkan sistem pelayanan kepada wajib pajak (WP) sehingga kepatuhan WP dan penerimaan pajak dapat meningkat.
“Jadi latar belakangnya karena banyak cerita dari 2016 sampai 2021. Ini agar teman-teman kita dan orang lain melihat seperti apa perjalanan di lima tahun terakhir reformasi perpajakan,“ jelasnya.
Baca juga: DPR ingin sektor perpajakan lebih inovatif genjot pendapatan
Suryo menyatakan buku ini disusun sendiri oleh para pegawai DJP dari hasil mewawancarai 47 narasumber yang merupakan saksi hidup perjalanan reformasi perpajakan.
“Kenapa pegawai internal? Karena kan (kami) ada di situasi. Kami ingin melihat dari sisi kami sendiri dinamika apa yang muncul pada waktu kita melakukan reformasi perpajakan,” jelasnya.
Suryo berharap buku ini dapat memberikan perspektif tersendiri terkait reformasi perpajakan mengingat kisah di dalamnya ditulis langsung oleh para saksi perjalanan reformasi tersebut.
“Memang mereka yang mengalami dan mereka memang biasa menulis di koran dan media online sehingga dengan gaya bahasa yang kekinian dan konteks juga dapat,” ujarnya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021