Sejak pandemi virus corona melanda Bolivia, Angela Poma dan Lorenzo Gutierres harus membantu anak mereka Willy (9 tahun) dan Carlos (11 tahun) belajar online, dikutip dari Reuters, Jumat.
Poma dan Gutierrez, yang berdagang di pinggir jalan, harus membeli ponsel dan pindah dari desa, yang hanya punya sambungan untuk pesawat telepon, ke kota Viacha, sekitar 22 kilometer dari barat daya La Paz, demi sinyal internet.
Baca juga: Cerita dari Sangihe: Setahun belajar online
Tapi, mereka sebenarnya tidak tahu bagaimana cara menggunakan ponsel.
"Saya bahkan tidak tahu cara menyalakannya. Saya cuma punya telepon, untuk menelepon saja," kata Poma.
Yayasan Internet Foundation Bolivia mengadakan kelas untuk membantu keluarga seperti Poma dan Gutierrez, berisi materi bagaimana mengoperasikan ponsel dan menemukan paket internet yang paling terjangkau supaya mereka bisa berhemat.
"Tidak semua ibu, ayah atau guru paham perangkat digital dan platform untuk belajar online," kata salah seorang relawan, Esther Mamani.
Data dari otoritas telekomunikasi Bolivia menyebutkan hanya empat dari 10 orang yang punya akses internet. Sementara di desa, hanya 3 persen orang yang tersambung ke internet.
Tidak hanya soal menggunakan ponsel, orang tua juga harus menghadapi tantangan soal berbagi ponsel dan membatasi waktu pemakaian.
Poma mengatakan anak-anak menggunakan ponsel saat pagi hari, sementara yang lebih tua biasanya dari pukul 03.00 sore.
"Kadang saya melihat anak-anak saya bertengkar karena baterai ponsel mulai habis," kata Poma.
Sama seperti para orang tua lainnya di berbagai negara, Poma juga mempertanyakan efektivitas belajar online.
"Saya harap kelas tatap muka segera mulai. Anak saya tidak belajar banyak dengan sistem pendidikan virtual ini," kata Poma.
Baca juga: Jaksel terima lebih 1.000 pengaduan terkait PPDB
Baca juga: Sekolah daring dari rumah, ini tips untuk penyesuaian diri anak
Baca juga: Ruangguru buka sekolah online gratis
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021