PTPN Group memiliki potensi biomassa berbasis komoditas perkebunan yang cukup besar antara lain biomassa dari komoditas Kelapa Sawit, Karet dan Tebu yang dimiliki oleh PTPN I hingga PTPN XIV
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) mengembangkan bisnis baru ke sektor penyediaan produk biomassa limbah perkebunan untuk kebutuhan bahan bakar PLTU.
Direktur Utama PTPN Grup Abdul Ghani mengatakan pihaknya memiliki pasokan bahan baku biomassa yang melimpah mulai dari limbah tandan kosong sawit, replanting pohon karet, hingga tebu.
“PTPN Group memiliki potensi biomassa berbasis komoditas perkebunan yang cukup besar antara lain biomassa dari komoditas Kelapa Sawit, Karet dan Tebu yang dimiliki oleh PTPN I hingga PTPN XIV," kata Abdul Ghani di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan program co-firing biomassa PLTU batu bara merupakan salah satu program green booster untuk mendukung pencapaian target bauran energi bersih di Indonesia.
Menurut dia, co-firing biomassa dengan batu bara menawarkan aspek positif bagi lingkungan karena teknologi itu dapat mengurangi emisi karbon dioksida dan sulfur.
Pada 2024, PTPN Group mengestimasikan dapat menyuplai 500 ribu ton tandan kosong sawit kepada PLN dan angka tersebut dapat berkembang hingga 750 ribu ton per tahun.
"Setiap tahun 2,3 juta sampai 3 juta ton tandan kosong yang dihasilkan oleh proses produksi. Kami juga memiliki lahan sawit yang setiap tahunnya 24 ribu hektare di-replanting, itu nilai bahan biomassanya sekitar 2 juta ton," ujar Ghani.
Baca juga: Biomassa punya potensi yang menjanjikan untuk menghasilkan energi
Selain replanting kelapa sawit, PTPN juga mereplaning hingga 4.000 hektare perkebunan karet setiap tahun dengan potensi menghasilkan produk biomassa sebanyak 500 ribu ton.
Perkebunan pelat merah itu juga memiliki pabrik kelapa sawit sawit yang bisa dibangun pembangkit listrik berbasis limbah cair dengan potensi berkisar 75 megawatt hingga 100 megawatt.
"Selama ini sudah ada kerja sama dengan anak perusahaan Pertamina yang listriknya kami kolaborasikan ke jaringan PLN," kata Ghani.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa seluruh pabrik PTPN mulai dari pabrik kelapa sawit, pabrik karet maupun pabrik gula kini sudah menggunakan bahan bakar terbarukan yang bersumber dari produk biomassa dari limbah perkebunan.
PLN telah melakukan implementasi co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara pada 17 pembangkit listrik tenaga uap hingga Juni 2021.
Dari total 17 PLTU yang menggunakan biomassa secara komersial tersebut, sekitar 12 PLTU tersebar di Jawa dan lima lokasi di luar Jawa.
Pembangkit-pembangkit itu dikelola dua anak usaha PLN, yaitu PT Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB).
Indonesia Power menghasilkan listrik melalui co-firing di PLTU Suralaya I sampai VII, PLTU Suralaya VI sampai VII, PLTU Sanggau, PLTU Jeranjang, PLTU Labuan, PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Barru dan PLTU Adipala.
Sedangkan PJB menghasilkan energi melalui co-firing PLTU Paiton Unit I dan II, PLTU Pacitan, PLTU Ketapang, PLTU Anggrek, PLTU Rembang, PLTU Paiton IX, PLTU Tanjung Awar-Awar, dan PLTU Indramayu.
Dalam pelaksanaan co-firing di 17 PLTU, kedua anak usaha PLN itu memanfaatkan limbah serbuk kayu atau sawdust, woodchip, dan solid recovered fuel dari sampah.
Sepanjang 2021, kebutuhan biomassa untuk bahan bakar pembangkit diproyeksikan mencapai 570.000 ton yang akan dipasok dari sejumlah perusahaan, seperti PTPN dan Perhutani.
PLN menargetkan dapat menjalankan program co-firing biomassa untuk 52 PLTU batu bara di seluruh Indonesia.
Baca juga: Perhutani siapkan 70 ribu hektare untuk hutan tanaman energi
Baca juga: PLN jalin kerja sama industri biomassa co-firing PLTU batu bara
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021