"Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan menurunnya jumlah spesimen yang diperiksa, seperti penurunan testing di akhir pekan ataupun delay input yang berasal dari laboratorium ke dalam sistem data," kata Wiku dalam agenda Keterangan Pers yang dipantau secara virtual dari Jakarta, Selasa sore.
Wiku mengatakan pemerintah tetap berkomitmen meningkatkan kapasitas upaya testing, tracing dan treatment (3T) secara keseluruhan dengan berkoordinasi serta memfasilitasi pemerintah daerah untuk mencapai target di masing-masing wilayah.
Komitmen itu, kata Wiku, sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor Instruksi Mendagri Nomor 15 tahun 2021 tentang penetapan PPKM Darurat Jawa-Bali.
Baca juga: Kenaikan angka kasus COVID-19 imbas kian ditingkatkannya "testing"
Baca juga: Kemenkes sebut testing COVID-19 di daerah masih perlu dipercepat
Sesuai aturan tersebut dijelaskan bahwa target testing setiap kabupaten/kota untuk positivity rate kurang dari 5 persen, maka rasio tes minimal 1 per 1.000 penduduk per pekan.
Untuk daerah dengan positivity rate 5-15 persen, maka rasio tesnya adalah 5 per 1.000 penduduk per pekan. Sementara untuk positivity rate 15-25 persen rasio test adalah 10 per 1.000 penduduk per pekan.
Daerah dengan positivity rate lebih dari 25 persen atau lebih, rasio tes adalah 15 per 1.000 penduduk per pekan.
Berdasarkan laporan harian kasus yang dilansir dari data Satgas Penanganan COVID-19, angka pemeriksaan spesimen di Indonesia pada Ahad (18/7) di kisaran angka 193.437 spesimen dan pada Senin (19/7) berkisar 160.686 spesimen yang diperiksa.
Angka itu mengalami penurunan bila dibandingkan jumlah pemeriksaan spesimen yang meliputi usap PCR, Antigen dan tes cepat molekuler pada Sabtu (17/7) mencapai 251.392 spesimen.*
Baca juga: Pemerintah kejar target 10 ribu kasus COVID per hari di bulan Agustus
Baca juga: PPKM Darurat, pemda diminta tingkatkan kapasitas testing COVID-19
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021