• Beranda
  • Berita
  • Kenaikan angka kasus COVID-19 imbas kian ditingkatkannya "testing"

Kenaikan angka kasus COVID-19 imbas kian ditingkatkannya "testing"

18 Juli 2021 15:47 WIB
Kenaikan angka kasus COVID-19 imbas kian ditingkatkannya "testing"
Petugas medis melakukan tes usap antigen kepada pemudik di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (16/5/2021). Tes usap antigen gratis bagi pengendara motor yang belum memiliki surat bebas COVID-19 guna mengantisipasi lonjakan kasus usai libur lebaran Idul Fitri 1442 H. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/hp.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan kenaikan angka kasus COVID-19 merupakan imbas dari makin meningkatnya pengujian, testing, yang dilakukan oleh pemerintah guna mitigasi risiko kian menyebarnya virus corona.

Kasus terkonfirmasi positif COVID-19 pada Kamis (15/7) menembus angka 56.757, meningkat dibanding sehari sebelumnya 54.517 kasus. Sementara jumlah kasus positif pada Jumat (16/7) mencapai 54 ribu kasus.

"Mayoritas penularan terjadi di Pulau Jawa. Kalau kita lihat dari 34 provinsi, kenaikan kasus terjadi di 13 provinsi. Memang yang 11 provinsi itu menurun, yang lain cenderung angkanya lebih sama dengan 1 hari sebelumnya," kata Nadia dalam keterangannya dikutip Minggu.

Menurutnya, kenaikan angka kasus ini merupakan salah satu dampak dari usaha pemerintah menaikkan angka testing harian.

"Jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya, positivity rate menurun dan ini sejalan dengan jumlah testing yang dilakukan. Jumlah orang yang dilakukan tes sudah sampai 182.000 orang. Di sisi lain tentunya dilihat kasus sembuh sebanyak 19.000. Ini juga naik dibandingkan sehari sebelumnya," kata dr Nadia.

Baca juga: Jubir: tingkat keterisian tempat rawat di Jawa di atas 80 persen

Dia juga menjelaskan, jika dilihat jumlah kasus yang ditemukan, hampir tiga sampai empat kali lipat dibandingkan puncak kasus yang ditemukan pada Desember 2020 dan Januari 2021 lalu.

Artinya, saat ini jumlah testing memang ditingkatkan dan pada Desember 2020 dan Januari 2021 memang masih terbatas penggunaan seperti rapid antigen untuk diagnosis atau mendeteksi orang yang sakit.

"Saat ini dengan kombinasi pemeriksaan menggunakan PCR dan rapid antigen, kita bertujuan agar dapat segera menemukan orang sakit supaya kemudian bisa dipisahkan dari orang yang sehat, sehingga tidak ada penularan lagi pada orang di sekitarnya," ujarnya.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI), Dr Hermawan Saputra menilai wajar terjadi peningkatan angka positif seiring dengan dilakukannya peningkatan testing dan kapasitas testing memang harus terus ditingkatkan.

"Jadi sekarang kasus aktif kita berdasarkan data ada 480 ribu lebih dan kasus suspect-nya lebih dari 200 ribu. Jadi kurang lebih ada 680 ribu yang jumlahnya probable to case sebenarnya. Oleh karena itu memang target kita untuk testing ini harus terus ditingkatkan dan bahkan sebenarnya idealnya 900 ribu-1 juta testing per hari. Namun demikian memang setuju upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini sudah luar biasa. Ada perkembangan dan progress dari hari ke hari," kata dr Hermawan.

Peningkatan angka testing ini akan menyebabkan temuan banyak kasus positif COVID-19, tetapi hal itu penting dan harus dilakukan.

"Jangan khawatir jika didapatkan angka kenaikan yang tiap hari memecahkan rekor. Kenaikan kasus akibat dari angka testing tinggi ini sebenarnya bagus untuk mitigasi risiko agar kita bisa memiliki perencanaan yang lebih baik untuk mempercepat penanganan dan menghindari kematian yang lebih besar. Itu yang paling penting," katanya.

Dr Hermawan juga berpendapat, selama ini pola pemeriksaan testing rendah karena sifatnya yang masif-pasif. Testing dilakukan kepada orang yang sudah di rumah sakit, atau orang sudah ada di faskes lain seperti klinik, puskesmas, atau balai pengobatan. "Padahal yang diperlukan sebenarnya dalam perspektif epidemiologi itu yang disebut active case finding."

"Yaitu upaya dengan cepat di hulu harus terus meningkatkan pada populasi-populasi yang memang berisiko sekali karena adanya angka-angka yang sudah terjadi indikasi massive transmission atau local transmission di lapangan," katanya.

Baca juga: Kemenkes lakukan sejumlah terobosan respons lonjakan kasus COVID-19

Baca juga: Pemerintah genjot produksi oksigen medis dan jamin ketersediaan obat

Baca juga: Pemerintah sebut penularan COVID-19 di Jawa-Bali terjadi sangat cepat

 

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021