"Kita lihat kapasitasnya serta kita pastikan mereka memiliki produktivitas yang sama agar bisa melayani jumlah testing dan tracing yang cukup sesuai dengan populasinya," kata Budi dalam konferensi pers daring di Jakarta, Senin.
Menkes mengatakan sejak 3-4 bulan terakhir, tes usap antigen boleh digunakan sebagai penentu hasil konfirmasi positif COVID-19, jika akses tes usap PCR lebih dari 24 jam.
Baca juga: Menkes: Indonesia butuh 2.500 ton oksigen per hari
Akan tetapi, menurut Budi, hal tersebut menjadi rumit saat diimplementasikan di lapangan. Oleh karena itu, hasil tes usap antigen kini telah dapat digunakan sebagai alat resmi deteksi positif di wilayah PPKM level 4, guna mempercepat deteksi dan penanganan terhadap pasien.
"Sehingga, yang bersangkutan bisa masuk ke isolasi terpusat atau ke rumah sakit dan dirawat, seperti yang saya sampaikan banyak yang meninggal karena telat," ujar dia.
Pemerintah, lanjutnya, saat ini menggencarkan kegiatan testing dan tracing di kawasan padat penduduk wilayah PPKM level 4.
Program testing kawasan padat penduduk tersebut, kata Budi, yang dicanangkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dan dipimpin oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Baca juga: Menkes imbau masyarakat bahwa pasien terpapar COVID-19 bukanlah aib
Baca juga: Pemerintah mulai "testing" dan "tracing" kawasan padat minggu ini
Budi meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan jumlah testing yang menurun usai akhir pekan atau usai hari libur nasional.
Budi mengatakan pola tersebut sudah berlangsung sekitar 40-50 pekan belakangan. Dia menyarankan agar mengacu pada data rata-rata testing mingguan, yang juga dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021