Alhamdulillah selama enam tahun ini sudah ada belasan ribu orang yang membantu memungut sampah, menanam pohon dan merawat.
Tingkat pencemaran Sungai Karang Mumus (SKM) di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, mengalami pengurangan 30 persen dalam enam tahun terakhir, sehingga masih perlu dilakukan penyadaran untuk tidak membuang sampah dan limbah ke sungai.
"Dulu, sebelum adanya komunitas peduli sungai, setiap hari selalu ada pawai sampah (deretan sampah hanyut) di sungai, tapi sekarang mulai berkurang," ujar Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) SKM Samarinda Misman di Samarinda, Selasa.
Warga yang membuang sampah maupun limbah ke sungai masih minim, berkurang hanya 30 persen ketimbang enam tahun lalu, namun ia bersyukur karena sindiran dan edukasi yang pihaknya lakukan selama ini telah berdampak.
Ia juga bersyukur karena selain anggota GMSS-SKM yang masih peduli sungai mulai dari memunguti sampah hingga menanam bibit pohon di riparian, masih banyak pula orang lain yang secara berkala membantu komunitas ini melakukan hal yang sama.
Baca juga: DAS Karang Mumus dirawat ratusan mahasiswa Untag Samarinda
Baca juga: Sungai Karang Mumus potongan surga di Samarinda
"Seperti di Hari Sungai Nasional 27 Juli ini, ada beberapa komunitas yang bergabung memunguti sampah di SKM, yakni dari Uncal BEM Keluarga Mahasiswa Unmul, Dompet Duafa, dan Asrama Putri Kabupaten Kutai Timur," ujar Misman.
Dari tahun ke tahun sejak 2015, selalu ada orang baru maupun kelompok baru yang peduli terhadap sungai, di samping kelompok lama yang dulu pernah datang ke SKM juga terkadang turut memungut sampah dan menanam pohon di DAS Karang Mumus.
Pada 2015, ia tertarik mendirikan komunitas yang kemudian diberi nama GMSS-SKM Samarinda, karena tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan sungai cukup parah.
Sebelum komunitas berdiri, ia hanya bergerak sendirian memungut sampah di sungai baik sampah yang hanyut, di pinggir, maupun sampah berat yang tenggelam di badan sungai.
Seiring berjalannya waktu, ada beberapa orang yang simpati dan turut membantu, sehingga kemudian didirikan komunitas untuk mewadahi gerakan mereka, yakni GMSS-SKM Samarinda.
"Alhamdulillah selama enam tahun ini sudah ada belasan ribu orang yang membantu memungut sampah, menanam pohon dan merawat. Namun, di sisi lain, tidak sedikit pula warga yang belum peduli, terbukti hari ini masih ada yang membuang sampah ke sungai," tutur Misman.*
Baca juga: 9.000 pohon berhasil ditanam melalui gerakan memungut sehelai sampah
Baca juga: Normalisasi Sungai Karang Mumus solusi anggulangi banjir di Samarinda
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021