"Infrastruktur riset yang dibangun haruslah dapat digunakan masyarakat luas, baik untuk akademisi maupun industri. Dengan begitu, infrastruktur riset bisa dipastikan bermanfaat tinggi, berkesinambungan, dan menjadi awal pembangunan ekonomi berbasis Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Pintu kami terbuka, silakan manfaatkan infrastruktur riset semaksimal mungkin," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam gelar wicara "Infrastruktur Riset Terbuka, untuk Siapa?" di Jakarta, Kamis.
Menurut Kepala BRIN, sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur adalah dua hal yang saling berkaitan dan berkesinambungan.
Baca juga: BRIN: Pemanfaatan EBT solusi energi masa depan ekonomi dan lingkungan
"Semua harus dilakukan bersama-sama dengan skema baru yang telah dirancang dalam skema transformasi manajemen riset. Pembangunan infrastruktur harus dilakukan secara maksimal dalam segala aspek," ujarnya.
Pelaksana Harian Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono menuturkan infrastruktur riset menjadi salah satu kunci penting agar suatu lembaga riset dapat mewujudkan tugas dan komitmennya untuk meningkatkan daya saing bangsa melalui inovasi riset dan teknologi.
Itu sejalan dengan Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2019 pasal 5 yang menyebutkan peran dari Iptek adalah meningkatkan kualitas hidup, mewujudkan keadilan sosial, serta meningkatkan daya saing bangsa.
Agus mengatakan untuk mewujudkan daya saing bangsa, dibutuhkan tiga unsur utama yaitu SDM, infrastruktur, dan teknologi.
Sebagai lembaga riset nasional dan bagian dari BRIN, LIPI terus berupaya mewujudkan terbangunnya ekosistem riset di Indonesia termasuk melalui pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur riset.
Baca juga: BRIN kembangkan teknologi pengolah limbah medis mobile
Salah satu fokus utama LIPI adalah penciptaan infrastruktur riset terbuka yang dapat digunakan oleh lembaga penelitian dan pengembangan dan peneliti mana pun di Indonesia.
Namun, upaya penyediaan infrastruktur riset menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah pendanaan dan keberlanjutan.
Agus menuturkan institusi atau organisasi secara independen kadang tidak mampu menyediakan atau memelihara keberlanjutan infrastruktur.
"Tantangan lainnya adalah ekosistem riset dan inovasi yang terfragmentasi. Dua tantangan ini merupakan sebagian alasan didukungnya program infrastruktur riset terbuka," ujar Agus.
Baca juga: BRIN konsolidasikan prosedur perizinan penelitian asing dengan K/L
Baca juga: BRIN tambah SDM periset andal dan berstandar global
Baca juga: Kuasai Iptek kunci Indonesia siap hadapi transformasi digital
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021