• Beranda
  • Berita
  • Mondo Duplantis kampiun lompat galah, gondol emas Tokyo 2020

Mondo Duplantis kampiun lompat galah, gondol emas Tokyo 2020

3 Agustus 2021 22:45 WIB
Mondo Duplantis kampiun lompat galah, gondol emas Tokyo 2020
Atlet lompat galah putra dari Swedia, Armand Duplantis, memenangkan medali emas Olimpiade Tokyo 2020 setelah menjuarai nomor ini dengan lompatan tertinggi 6,02 meter yang hanya 0,1 meter dari rekor OIimpiade, di Olympic Stadium, Tokyo, Jepang, 2 Agustus 2021. (REUTERS/imago images/Beautiful Sports vi/BEAUTIFUL SPORTS/Deca Text&B)
Pemegang rekor dunia lompat galah putra Armand "Mondo" Duplantis dari Swedia memenangkan medali emas Olimpiade nomor ini pada Selasa setelah membuat lompatan 6,02 meter langsung dalam kesempatan pertamanya pada ketinggian itu.

Atlet berusia 21 tahun yang finis dengan medali perak di belakang juara dunia Sam Kendricks dari Amerika Serikat pada 2019 itu menjadi satu-satunya manusia yang melompat lebih dari enam meter tahun ini.

Kendricks yang juara dunia dua kali tidak bisa turun berkompetisi di Tokyo setelah absen akibat positif terpapar virus corona baru.

Baca juga: Positif COVID, juara lompat galah Kendricks batal tampil di Olimpiade

Selama final, atlet lompat galah Swedia itu hanya membutuhkan lima lompatan suntuk melewati mistar masing-masing pada ketinggian 5,55 meter, 5,80m, 5,92m, 5,97 meter dan lompatan terakhir berbuah medali emas 6,02 meter.

"Rasanya tidak nyata, sungguh, saya masih tak tahu bagaimana menjelaskannya," kata Duplantis, setelah menghabiskan satu jam untuk meluluskan kewajibannya di depan media.

Baca juga: Kala rindu datang menggebu, jagat virtual pun jadi arena

"Itu hal yang sudah lama saya inginkan dan kini akhirnya ada di sini, dan akhirnya saya melakukannya, gila banget."

"Sejak saya kecil dulu, saya menyukai sekali olahraga ini dan saya selalu percaya bahwa hal itu akan membawa saya ke tempat-tempat hebat, dan fakta bahwa saya sungguh ada di sini, saya ada di Olimpiade ini dan mampu menang adalah fantastis."

Dipengaruhi oleh ayahnya Greg yang merupakan mantan pelompat galah AS, Duplantis pertama kali menjadi pusat perhatian ketika dua kali memecahkan rekor dunia 6,16m setelah melewati mistar setinggi 6,17m dan 6,18m pada Februari tahun lalu di World Indoor Tour.

Itu membuatnya mendapatkan anugerah Atlet Putra Terbaik 2020.

Baca juga: Duplantis dan Lavillenie juara bersama lompat galah kebun

Selanjutnya setelah menyegel ...
Armand Duplantis asal Swedia saat bertarung di final lompat galah putra Olimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium, Tokyo, Jepang, pada 3 Agustus 2021 (ANTARA/REUTERS/KAI PFAFFENBACH)


Setelah menyegel medali emasnya pada malam yang hangat dan lembab di Tokyo, Duplantis memutuskan untuk mencoba memecahkan rekor dunia dengan melompati setinggi 6,19m sehingga memaksa ratusan penonton di Stadion Olimpiade tetap di kursinya.

Disemangati oleh lawan-lawannya sendiri dalam final itu dan mereka yang hadir di tribun, Duplantis melakukan percobaan pertamanya tetapi dadanya membentur mistar saat tubuhnya mulai turun. Dia mencoba dua kali lagi tetapi rekor dunia gagal terpecahkan.

"Rekor dunia akan menyenangkan, dan saya merasa seperti sudah dekat, tetapi itulah yang terjadi," kata dia seperti dikutip Reuters.

Dia menjadi pemegang rekor dunia pertama yang memenangkan emas Olimpiade lompat galah putra sejak Sergey Bubka pada 1988 di Seoul.

Atlet Amerika Serikat Chris Nilsen menaklukkan mistar setinggi 5,97m dalam upaya pertamanya pada ketinggian itu untuk berusaha merebut emas tetapi tidak bisa menandingi upaya Duplantis melewati mistar setinggi 6,02m sehingga harus puas dengan medali perak.

Thiago Braz dari Brasil,yang memenangkan nomor ini pada Olimpiade di negerinya di Rio de Janeiro lima tahun lalu, meraih perunggu setelah melompati 5,87 meter.

Itu sungguh malam yang sial bagi atlet Prancis Renaud Lavillenie yan merupakan peraih medali emas Olimpiade 2012 dan pemenang perak Olimpiade Rio.

Pergelangan kaki Lavillenie terkilir dua pekan lalu dan mengalami kesulitan dalam kualifikasi sehingga gagal dalam dua upaya pertamanya melewati mistar setinggi 5,50m sebelum akhirnya lolos ke final.

Situasi tak kunjung membaik pada final itu karena Lavillenie terlihat mesti berjuang melawan cedera dan hanya bisa menyelesaikan satu dari upayanya pada mistar setinggi 5,70m sehingga finis pada urutan kedelapan.

Baca juga: Wlodarczyk si ratu lontar martil juga cetak sejarah di Tokyo 2020
Baca juga: Thompson-Herah cetak sejarah ulangi dua emas Rio di Tokyo 2020
Baca juga: Athing Mu tuntaskan penantian emas AS dari 800m putri

 

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021