Kondisi UMKM pada kuartal II tahun 2021 ini secara umum sudah mulai membaik dan mulai berjalan normal, serta ada pula UMKM yang telah melanjutkan operasinya setelah sempat berhenti, kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.Survei yang dilakukan asosiasi e-commerce Indonesia juga menyebutkan bahwa selama pandemi telah terjadi kenaikan penjualan e-commerce sebesar 25 persen... pelaku UKM, telah keluar dari zona nyaman dan beradaptasi untuk bertahan
"Survei yang dilakukan asosiasi e-commerce Indonesia juga menyebutkan bahwa selama pandemi telah terjadi kenaikan penjualan e-commerce sebesar 25 persen. Ini artinya masyarakat Indonesia, terutama pelaku UKM, telah keluar dari zona nyaman dan beradaptasi untuk bertahan," kata MenkopUKM Teten Masduki dalam rilis webinar bertajuk "Bangkit dan Tumbuh Bersama di Tengah Pandemi" di Jakarta, Kamis.
Teten Masduku mengatakan digitalisasi mempunyai peranan penting dalam pemulihan ekonomi nasional serta mendorong UMKM untuk terus berdaya. Survei yang dilakukan Bank Dunia pada 2021 menyebut, 80 persen UMKM yang sudah masuk ekosistem digital mempunyai daya tahan yang lebih baik.
Namun ia juga mengingatkan masih ada tantangan dan masalah dalam digitalisasi, seperti kurangnya literasi digital serta akses pasar.
Pembicara lainnya Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso mengungkapkan ada 45 juta masyarakat termasuk pengusaha ultra mikro yang butuh pendanaan. Berdasarkan survei internal BRI dari angka 45 juta tersebut baru 15 juta yang mendapatkan pelayanan dari lembaga keuangan.
Baca juga: Menkop UKM minta sinergi semua pihak bantu UMKM terdampak PPKM
"Jadi ada sekitar 5 juta yang meminjam dari rentenir dan 7 juta yang pinjam dari keluarga. Sisanya sama sekali belum mendapatkan layanan dari lembaga keuangan. Ini yang akan menjadi fokus BRI. Karena selama ini, banyak yang mengeluh sulit untuk mendapatkan pinjaman dari bank. Tapi ketika ditanya apakah sudah pernah mencoba pinjam ke bank, dijawab belum pernah," ujar Sunarso.
Untuk itu, kata Sunarso, BRI melakukan edukasi antara lain cara mengakses informasi, pasar dan juga permodalan.
Pendiri Warung Pintar Agung Bezharie Adinegoro mengatakan masalah yang paling sering dihadapi warung tradisional adalah rantai pasok yang masih tradisional.
"Karena itu, Warung Pintar berusaha melakukan digitalisasi terhadap warung tradisional. Dalam satu tahun terakhir, keinginan penjual untuk melakukan digitalisasi cukup besar. Warung, distributor, dan juga grosir, banyak yang datang ke Warung Pintar untuk membantu beralih ke digital," kata Agung.
Sedangkan Direktur Kepesertaan BPJamsostek Zainuddin mengharapkan UMKM bisa mendaftar menjadi peserta BPJamsostek sehingga mendapatkan perlindungan.
Dia menjelaskan UMKM yang ingin mendaftar tidak harus datang ke kantor BPJamsostek tetapi bisa melalui e-commerce, serta pembayaran iuran juga bisa dilakukan secara daring.
Baca juga: Teten Masduki: Koperasi bisa menjadi mitra penyalur kredit murah
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021